Fakta di Balik Kasus Latiao Berbakteri dan Bahaya Kontaminasi Makanan di Sekitar Kita

Saat cuaca panas, makanan jadi lebih cepat rusak karena suhu tinggi membuat mikroorganisme seperti bakteri dan jamur tumbuh lebih cepat. Selain itu, makanan juga bisa terkontaminasi racun alami seperti mikotoksin, yang dihasilkan oleh jamur tertentu. Kontaminasi makanan terjadi ketika makanan tercampur dengan bahan berbahaya. 

Biasanya, ini disebabkan oleh mikroorganisme, mikotoksin (seperti aflatoksin, okratoksin, dan patulin), atau bahan kimia berbahaya seperti pestisida, logam berat, bahkan plastik. Zat-zat ini bisa tersebar luas di lingkungan dan tanpa sengaja masuk ke dalam rantai makanan kita. 

Peran Mikroorganisme dan Batas Aman dalam Makanan

Sebenarnya, sebagian besar mikroorganisme membawa manfaat bagi kesehatan manusia, yaitu dapat menyeimbangkan komposisi mikroba dalam saluran pencernaan kita. Flora atau mikroba yang terdapat pada usus manusia terdiri dari 100.000 hingga 100.000.000 mikroorganisme. Dengan demikian, istilah “terkontaminasi” atau “berbahaya” pada makanan digunakan ketika mikroorganisme ini terdapat dalam jumlah yang sangat banyak atau melebihi angka tersebut. 

Pencemaran mikroba pada makanan merupakan mikroorganisme patogen yang berasal dari lingkungan. Kebersihan atau penanganan makanan yang buruk merupakan penyebab utama kontaminasi makanan, yaitu melalui kontaminasi silang antara makanan mentah dan matang. Selain itu, kontaminasi juga dapat terjadi melalui alat makan yang terkontaminasi virus. Vektor kontaminasi lainnya adalah ketika perlengkapan alat makan atau dapur terpapar oleh makanan atau air yang terinfeksi bakteri dan virus. Makanan yang terkontaminasi memiliki waktu penyimpanan tertentu sebelum dikonsumsi sehingga berpotensi menyebabkan berbagai penyakit.  

Jenis Mikroorganisme Penyebab Kontaminasi dan Penyakit

Mikroorganisme yang paling umum ditemukan dalam makanan adalah Salmonella, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Vibrio parahaemolyticus, Listeria monocytogenes, dan Escherichia coli. Patogen ini sering dikaitkan dengan kasus keracunan makanan. Selain bakteri-bakteri ini, virus, seperti norovirus juga dikenal sebagai salah satu penyebab utama gastroenteritis (radang saluran cerna). Penderita yang terinfeksi HCV (hepatitis C) dan HBV (hepatitis B) dapat mencemari produk makanan, khususnya pada ikan sehingga menjadi sumber infeksi. 

Kasus Latiao dan Lemahnya Pengawasan Keamanan Pangan di Indonesia

Makanan Latiao Sumber: ippom mui

Pada tahun 2024, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, lembaga nirlaba dan independen untuk melindungi hak-hak konsumen di Indonesia, telah mendesak pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan tegas terkait kasus peredaran jajanan anak-anak ilegal yang berasal dari Tiongkok. Jajanan ini dilaporkan terkontaminasi oleh Bacilus cereus setelah dilakukan uji laboratorium di BPOM. Beberapa siswa asal Sekolah Dasar Cidadap 1, Sukabumi mengalami gejala seperti pusing, mual, dan muntah setelah konsumsi. Setelah dilakukan investigasi rantai pasokan jajanan tersebut, Sudaryatmo menyampaikan bahwa lemahnya pengawasan regulasi di Indonesia, menyebabkan  produk-produk Cina yang tidak berstandar dapat masuk ke Indonesia dengan mudah.  

Mengenal Bakteri Bacillus Cereus dan Mekanisme Kontaminasinya

Bakteri Bacillus merupakan jenis bakteri gram positif yang mampu membentuk spora untuk bertahan saat kondisi lingkungan tidak menguntungkan. Karena sifat bakteri ini mampu membentuk spora pada keadaan yang buruk, maka kontaminasi dapat saja terjadi. Spora bakteri dapat masuk ke dalam makanan maupun masuk melalui kemasan yang rusak dan terpapar udara bebas. 

Saat kondisi lingkungan membaik, maka spora bakteri yang inaktif akan kembali aktif. Lalu, bakteri ini akan mudah berkembang pada makanan dengan karbohidrat yang tinggi dan memproduksi racun lebih banyak sehingga berbahaya untuk dikonsumsi. Kontaminasi bisa terjadi pada proses produksi, distribusi, hingga saat sampai ke konsumen. 

Baca juga:
Jangan Takut Dulu! Bakteri Juga Bisa Jadi Sahabat untuk Produk Makanan Anda

Cara Mengendalikan Kontaminasi Makanan

Cara penanganan makanan agar tidak terkontaminasi harus memiliki Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) dengan baik. 

1. Good Manufacturing Practices (GMP)

GMP merupakan pedoman yang ditujukan untuk menjamin kebersihan dan keamanan makanan selama proses produksi. Untuk mencegah kontaminasi mikrobiologis, GMP menekankan pentingnya kebersihan, desinfeksi, dan sanitasi fasilitas produksi. Staf yang bekerja pada rantai produksi harus diberi pelatihan mengenai kualitas mikrobiologis makanan. 

2. Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP)

Sedangkan, HACCP adalah sistem manajemen keamanan pangan berbasis sains yang dirancang untuk mengidentifikasi dan mengontrol potensi bahaya dalam produksi makanan. Pada sistem ini, dilakukan identifikasi titik-titik kritis dalam tiap rantai produksi makanan dan pengendalian mutlak harus dilakukan untuk mencegah risiko kesehatan. Sistem HACCP sangat efektif dalam menangani kontaminasi mikrobiologis, seperti bakteri E. coli, dengan cara pemantauan dan diagnostik ilmiah, seperti menggunakan PCR dalam mendeteksi dan menganalisis kontaminan mikroba. 

Kontaminasi makanan bisa merusak reputasi brand dan membahayakan konsumen. Pastikan produk Anda memenuhi standar keamanan pangan dengan melakukan uji mikrobiologi, logam berat, dan cemaran kimia di IML Research.  Tim ahli kami siap membantu Anda memastikan produk pangan aman, berkualitas, dan sesuai regulasi BPOM. Konsultasi secara gratis dengan tim ahli IML Research untuk kebutuhan uji lab produk Anda!

Author: Safira
Editor: Sabilla Reza

Referensi:

Antara. 2024. Indonesian Consumers Foundation Calls for Crackdown on Unsafe Chinese Latiao Snacks. Tersedia: https://jakartaglobe.id/lifestyle/indonesian-consumers-foundation-calls-for-crackdown-on-unsafe-chinese-latiao-snacks, diakses pada 22 Mei 2025.

Qasim, W. S., Alomari, S. M., Jalal, J. M. Z., Al-Hamadany, A. Y. M., & Saadi, A. M. (2024). Contaminated microorganisms in food: A review. IAR Journal of Agricultural Science and Food Research. https://doi.org/10.47310/iarjsfr.2024.v0i401.003

Share your love

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi kami untuk informasi yang Anda perlukan.

Silakan konsultasikan kebutuhan pengujian produk Anda dengan tim ahli kami secara gratis.

Formulir Kontak