Metode LAMP: Solusi Praktis untuk Mendeteksi Peronospora destructor pada Benih Bawang Merah

Bawang merah adalah salah satu komoditas penting yang menjadi andalan banyak petani dan industri kuliner. Namun, seperti halnya tanaman lainnya, bawang merah rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa mengurangi kualitas dan kuantitas hasil panen. 

Salah satu penyakit yang paling merusak adalah embun bulu, yang disebabkan oleh patogen Peronospora destructor. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat melalui benih yang terinfeksi, menyebabkan tanaman layu dan tidak produktif.

Bagaimana cara kita bisa mencegah penyakit ini sejak awal? Salah satu jawaban terbarunya adalah melalui teknologi deteksi dini, seperti metode LAMP (Loop-mediated Isothermal Amplification). 

LAMP memungkinkan deteksi patogen dengan cepat dan akurat bahkan sebelum benih ditanam. Dengan demikian, petani dapat menghindari penyebaran penyakit dan memastikan tanaman bawang merah tumbuh sehat dan optimal. 

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana metode LAMP bekerja, mengapa deteksi dini sangat penting, dan manfaatnya bagi kualitas serta hasil produksi bawang merah yang lebih baik. 

Pemanfaatan Metode Loop-mediated Isothermal Amplification (LAMP)

Metode LAMP (Loop-mediated Isothermal Amplification) dapat dimanfaatkan secara efektif untuk mendeteksi patogen Peronospora destructor, penyebab penyakit embun bulu pada tanaman bawang merah. Penyakit ini dapat menurunkan hasil panen bawang merah secara signifikan dan sering menyebar melalui benih yang terkontaminasi.

LAMP bekerja dengan mengamplifikasi sekuens DNA spesifik dari patogen, dalam hal ini Peronospora destructor. Teknik ini menggunakan enzim Bst DNA polimerase dan empat primer yang mengenali enam wilayah spesifik dari DNA target. Amplifikasi dilakukan pada suhu konstan, sekitar 63°C, sehingga hanya memerlukan inkubator atau water bath, bukan thermocycler. 

Proses amplifikasi dalam LAMP memiliki beberapa tahapan utama. Tahap pertama adalah pembentukan struktur dumb-bell yang dimulai dengan pemisahan dan pelipatan rantai DNA oleh primer dan enzim polimerase. Struktur ini menjadi dasar untuk proses amplifikasi berikutnya.

Selanjutnya, amplifikasi DNA berlangsung secara siklis. Dalam tahap ini, enzim polimerase melakukan sintesis DNA baru dari struktur dumb-bell. Amplifikasi terus berlangsung, membentuk lebih banyak salinan dari sekuens target secara eksponensial.

DNA yang dihasilkan mengalami perpanjangan berulang sehingga semakin banyak produk amplifikasi terbentuk. Reaksi LAMP menciptakan sejumlah besar produk amplifikasi dalam waktu yang relatif singkat, sering kali dalam waktu sekitar 40-60 menit.

Penggunaan metode LAMP untuk deteksi patogen Peronospora destructor pada bawang merah sangat penting dilakukan karena metode ini dapat mencegah penyakit embun bulu yang merugikan, memudahkan dalam produksi benih berkualitas, dan mengurangi penggunaan pestisida secara berlebihan.

Dengan metode LAMP, deteksi patogen dapat dilakukan pada tingkat awal sehingga tindakan pengendalian bisa lebih terarah dan selektif. Hal ini tidak hanya mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem tanah dan mengurangi residu kimia berbahaya pada produk bawang.

Keunggulan Metode Loop-mediated Isothermal Amplification (LAMP)

Metode LAMP (Loop-mediated Isothermal Amplification) memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya efektif untuk deteksi patogen pada benih tanaman. Berikut adalah pengembangan lebih lanjut mengenai keunggulan metode LAMP dibandingkan metode lain seperti PCR.

Sistem Isothermal yang Efisien

Reaksi LAMP berlangsung pada suhu konstan (biasanya sekitar 60-65°C), yang berarti metode ini tidak memerlukan mesin thermocycler seperti pada PCR. Dalam LAMP, inkubator sederhana atau bahkan water bath sudah cukup sebagai tempat reaksi, membuat metode ini lebih praktis dan cocok digunakan di lapangan atau di laboratorium dengan fasilitas terbatas. Efisiensi ini membuat LAMP sangat cocok untuk aplikasi di negara berkembang atau di lokasi yang jauh dari laboratorium yang lengkap.

Proses yang Lebih Cepat Tanpa Tahap Denaturasi dan Annealing

Tidak adanya tahapan denaturasi dan annealing, yang merupakan tahap penting dalam PCR, membuat LAMP menjadi lebih cepat. Reaksi PCR biasanya memerlukan waktu sekitar 2-3 jam, sementara reaksi LAMP hanya memerlukan waktu sekitar 1 jam. Bahkan, hasil positif dapat terlihat dalam waktu sekitar 40-45 menit dengan analisis visual atau elektrofloresis gel agarose, dan dalam 11 menit jika menggunakan metode real-time dengan deteksi turbiditas.

Deteksi Hasil Secara Visual yang Sederhana

Salah satu keunggulan utama LAMP adalah kemampuannya untuk mendeteksi hasil positif secara visual tanpa alat tambahan yang mahal. Hasil positif dapat dilihat langsung dalam tabung reaksi melalui perubahan kekeruhan akibat presipitasi magnesium pirofosfat atau menggunakan pewarna interkalasi seperti SYBR Green I yang berikatan dengan DNA rantai ganda dan menghasilkan warna hijau. Hal ini memungkinkan deteksi yang cepat dan sederhana tanpa memerlukan peralatan tambahan seperti elektroforesis.

Sensitivitas yang Tinggi

LAMP dikenal sangat sensitif, bahkan lebih peka hingga 10 kali lipat dibandingkan metode nested PCR. Dengan sensitivitas tinggi ini, LAMP dapat mendeteksi DNA atau RNA patogen dalam jumlah yang sangat rendah, memungkinkan deteksi dini dari infeksi atau kontaminasi pada sampel yang sangat kecil. Sensitivitas tinggi ini sangat berguna dalam industri benih dan pertanian karena infeksi pada benih sering kali berada pada tingkat rendah tetapi dapat menyebar dengan cepat setelah penanaman.

Spesifisitas yang Tinggi Berkat Desain Primer Khusus

Reaksi LAMP didukung oleh empat primer yang mengenali enam area spesifik dari DNA target, yang secara signifikan meningkatkan spesifisitasnya. Empat primer ini memastikan bahwa hanya target DNA yang akan diamplifikasi, mengurangi kemungkinan hasil positif palsu. Tingkat spesifisitas yang tinggi ini membuat LAMP sangat cocok untuk deteksi patogen tertentu pada tanaman, seperti deteksi patogen yang spesifik pada berbagai tanaman sayuran dan hortikultura.

Cocok untuk Berbagai Jenis Sampel

Selain DNA, metode LAMP juga dapat digunakan untuk mendeteksi RNA dengan bantuan enzim reverse transcriptase, yang memungkinkan deteksi patogen yang memiliki genom RNA. Fleksibilitas ini sangat bermanfaat dalam mendeteksi virus dan mikroorganisme patogen lainnya yang berpotensi menginfeksi tanaman.

Dengan metode LAMP, produsen benih dan petani dapat mendeteksi Peronospora destructor pada tahap awal dan mencegah penyebaran penyakit embun bulu pada bawang merah, yang pada akhirnya mendukung produksi tanaman yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Bagaimana sudah mengenal metode LAMP yang dapat digunakan untuk menguji benih tomat? Untuk informasi menarik lainnya kunjungi blog IML Research secara berkala! Dan IML Research dapat melakukan uji laboratorium pada benih tomat dengan metode LAMP, pastikan untuk menguji benih tomat Anda di IML Research!

Author: Dherika

Referensi

Lee, I.S., Kim, W, Gyeongpyo, J., & Kwangyeol, Y. (2024). Rapid Detection of a Downy Midew Pathogen, Peronospora destructor, in Infected Onion Tissues and Soils by Loop-Mediated Isothermal Amplification. Phytopathology: 1-7. https://doi.org/10.1094/PHYTO-11-23-0440-R.

Murwantoko. (2006). Metode Loop-mediated Isothermal Amplification (LAMP) dah Aplikasinya untuk Deteksi Penyakit Ikan. Jurnal Perikanan, 8(1): 1-8.

Share your love

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi kami untuk informasi yang Anda perlukan.

Silakan konsultasikan kebutuhan pengujian produk Anda dengan tim ahli kami secara gratis.

Formulir Kontak