fbpx

Deteksi Pseudomonas syringae pada Benih Tomat Menggunakan PCR

Pseudomonas syringae adalah salah satu patogen tanaman yang menyebabkan penyakit serius pada berbagai jenis tanaman hortikultura, termasuk tomat. Patogen ini bertanggung jawab atas penyakit bercak daun bakteri yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen. 

Penggunaan benih yang terinfeksi oleh patogen dapat mengakibatkan penyebaran penyakit secara cepat, baik di lahan pertanian maupun di rumah kaca. Meskipun gejala penyakit bisa muncul pada tanaman dewasa, infeksi sering kali dimulai sejak awal kehidupan tanaman melalui benih yang terkontaminasi.

Deteksi dini patogen pada tahap benih sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Teknologi Polymerase Chain Reaction (PCR) telah menjadi alat penting dalam mendeteksi keberadaan Pseudomonas syringae pada benih tomat, karena kecepatan, sensitivitas, dan akurasinya Dengan menggunakan metode PCR, petani dan produsen benih dapat memastikan bahwa benih yang digunakan bebas dari patogen, sehingga mengurangi risiko kehilangan hasil dan biaya tambahan untuk pengendalian penyakit.

Metode PCR untuk Uji Kualitas Benih Tomat
A Man Using a Microscope in a Laboratory by pexel

PCR adalah metode amplifikasi DNA yang memungkinkan deteksi jejak kecil DNA patogen dengan cepat. Dalam konteks Pseudomonas syringae, teknik PCR memungkinkan amplifikasi fragmen DNA spesifik yang hanya dimiliki oleh patogen tersebut, sehingga memberikan hasil yang akurat. Proses PCR melibatkan tiga tahap utama: denaturasi (pemecahan untaian DNA), annealing (penempelan primer), dan elongasi (penyintesisan untaian DNA baru). Primer khusus yang dirancang untuk Pseudomonas syringae digunakan untuk mengidentifikasi gen tertentu, seperti gen yang terlibat dalam virulensi patogen.

Prosedur deteksi Pseudomonas syringae pada benih tomat menggunakan PCR dimulai dengan ekstraksi DNA dari sampel benih. Benih biasanya direndam dalam larutan steril untuk memungkinkan patogen bakteri berpindah ke media cair. Cairan hasil rendaman ini kemudian digunakan untuk isolasi DNA bakteri menggunakan kit ekstraksi DNA komersial.Setelah DNA diekstraksi, PCR dilakukan dengan menambahkan primer spesifik untuk gen yang hanya terdapat pada Pseudomonas syringae. Primer ini didesain untuk mengenali urutan DNA yang unik bagi bakteri tersebut. 

Reaksi PCR kemudian dijalankan di thermocycler, yang melalui siklus suhu untuk memperbanyak fragmen DNA target. Setelah proses PCR selesai, hasil amplifikasi dianalisis menggunakan elektroforesis gel agarosa, yang memungkinkan visualisasi produk DNA yang telah diperbanyak.Jika DNA Pseudomonas syringae terdeteksi, akan terlihat pita DNA dengan ukuran tertentu pada gel, sesuai dengan panjang fragmen target yang diperbanyak. Sebaliknya, jika tidak ada infeksi, tidak akan ada pita yang terlihat pada hasil elektroforesis.

Keunggulan Metode PCR untuk Deteksi Pseudomonas syringae

Metode PCR memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya pilihan utama dalam deteksi patogen pada benih. Pertama, PCR sangat sensitif dan dapat mendeteksi bahkan sejumlah kecil patogen yang mungkin tidak terlihat pada tes fisik atau mikroskopis. Hal ini memungkinkan deteksi dini sebelum gejala penyakit muncul pada tanaman. Kedua, PCR sangat spesifik karena menggunakan primer yang dirancang khusus untuk target DNA bakteri, sehingga meminimalkan kemungkinan kesalahan identifikasi.

Selain itu, PCR juga relatif cepat. Dalam beberapa jam, hasil deteksi sudah dapat diperoleh, dibandingkan dengan metode lain seperti isolasi bakteri yang membutuhkan beberapa hari hingga berminggu-minggu. Hal ini memberikan keuntungan besar dalam konteks produksi dan distribusi benih, di mana waktu adalah faktor penting dalam menjaga kualitas dan keamanan produk.

Meskipun PCR adalah alat yang sangat efektif, penggunaannya tidak lepas dari beberapa tantangan. Salah satu keterbatasan utama adalah perlunya peralatan khusus seperti thermocycler dan gel elektroforesis, yang mungkin tidak tersedia di semua laboratorium benih. 

Selain itu, biaya per reaksi PCR, meskipun telah menurun seiring perkembangan teknologi, masih cukup tinggi jika diterapkan dalam skala besar, terutama untuk petani atau produsen benih skala kecil. Kesalahan dalam proses ekstraksi DNA atau kontaminasi selama proses PCR juga dapat menghasilkan hasil yang tidak akurat. Oleh karena itu, diperlukan teknisi yang terlatih dan protokol yang ketat untuk memastikan keakuratan hasil.

Jika Anda membutuhkan uji pada produk benih Anda, segera hubungi IML Testing and Research dan berkesempatan untuk berkonsultasi dengan tim ahli kami! 

Hubungi kami dengan mengisi formulir kontak dibawah ini :

References

A-li Chai, Hai-yan Ben, Wei-tao Guo, Yan-xia Shi, Xue-wen Xie, Lei Li, & Bao-ju Li. (2020). Quantification of Viable Cells of Pseudomonas syringae pv. tomato in Tomato Seed Using Propidium Monoazide and a Real-Time PCR Assay. Plant Disease, 104(8): 2225-2232.

Gironde, S., & Manceau, C. (2012). Housekeeping gene sequencing and multilocus variable-number tandem-repeat analysis to identify subpopulations within Pseudomonas syringae pv. maculicola and Pseudomonas syringae pv. tomato that correlate with host specificity. Appl Environ Microbiol, 78(9): 3266-79. Doi: 10.1128/AEM.06655-11.

V., S., Sandra, N., Ravishankar, K.V., & Chidambara, B. (2023). Molecular Techniques for Testing Genetic Purity and Seed Health. In: Dadlani, M., Yadava, D.K. (eds) Seed Science and Technology. Springer, Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-19-5888-5_15.

Share your love