Mengenal 5 Jenis Pupuk dan Fungsinya bagi Tanaman!

Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan budidaya pertanian. Tanaman memerlukan berbagai unsur hara esensial untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Namun, tidak semua tanah mampu menyediakan nutrien tersebut dalam jumlah yang cukup. 

Di sinilah peran pupuk menjadi sangat penting yaitu sebagai sumber tambahan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pemupukan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas, kualitas hasil panen, serta ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Artikel ini mengulas jenis-jenis pupuk yang umum digunakan dalam pertanian, beserta fungsi masing-masing bagi tanaman sebagai berikut:

  1. Pupuk Anorganik
  2. Pupuk Organik
  3. Pupuk Majemuk
  4. Pupuk Lepas Lambat
  5. Pupuk Cair dan Aplikasi Daun

1. Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang mengandung unsur hara dalam bentuk senyawa kimia anorganik, biasanya hasil proses industri dari bahan baku alami seperti gas alam, udara, atau bijih mineral. Keunggulan pupuk anorganik adalah kandungan nutrisinya tinggi, mudah larut, dan cepat tersedia bagi tanaman. Beberapa jenis pupuk anorganik yang umum digunakan antara lain:

a.  Pupuk Nitrogen (N)

Pupuk nitrogen adalah pupuk tunggal yang hanya menyumbang unsur hara Nitrogen bagi tanaman. Unsur ini sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif, terutama daun dan batang. Beberapa contoh pupuk nitrogen yang umum dipakai:

  • Urea (46% N) → pupuk dengan kadar nitrogen paling tinggi, cepat larut, sangat efektif merangsang pembentukan daun hijau.
  • Amonium Nitrat (AN) → mengandung nitrogen dalam bentuk amonium dan nitrat, sehingga lebih cepat diserap tanaman.
  • Kalsium Amonium Nitrat (CAN) → selain nitrogen, juga membawa kalsium yang membantu memperbaiki struktur tanah dan menetralkan keasaman.

Fungsi pupuk Nitrogen:

  • Merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun).
  • Membentuk daun hijau segar karena meningkatkan kadar klorofil.
  • Mempercepat perkembangan tanaman pada fase awal pertumbuhan.

b. Pupuk Fosfor (P)

Pupuk fosfor adalah pupuk tunggal yang menjadi sumber utama unsur hara Fosfor (P). Unsur ini penting untuk pertumbuhan akar, pembungaan, dan pembentukan biji. Contoh pupuk fosfor yang umum digunakan:

  • Triple Superphosphate (TSP) → mengandung sekitar 46% P₂O₅, cepat tersedia untuk tanaman.
  • Diammonium Phosphate (DAP) → mengandung fosfor dan juga nitrogen, sehingga efektif untuk mendukung pertumbuhan awal tanaman.

Fungsi pupuk fosfor diantaranya:

  • Merangsang pertumbuhan akar pada fase awal pertumbuhan.
  • Mempercepat pembungaan dan pemasakan buah.
  • Mendukung pembentukan biji dan kualitas hasil panen.

c. Pupuk Kalium (K)

Pupuk kalium adalah pupuk tunggal yang menjadi sumber unsur hara Kalium (K). Unsur ini sangat berperan dalam kualitas buah dan ketahanan tanaman. Contoh pupuk kalium yang umum digunakan:

  • Muriate of Potash (KCl) → bentuk pupuk kalium yang paling banyak digunakan, mengandung sekitar 60% K₂O.
  • Kalium Sulfat (SOP) → mengandung kalium sekaligus sulfur, cocok untuk tanaman yang sensitif terhadap klorida (misalnya tembakau, kentang, atau buah-buahan).

Fungsi pupuk kalium diantaranya:

  • Memperkuat batang agar tidak mudah rebah.
  • Meningkatkan kualitas buah, ukuran, dan rasa.
  • Memperkuat ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan serangan penyakit.

2. Pupuk Organik

Pupuk organik berasal dari sisa-sisa organisme hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Bentuknya dapat berupa kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, atau bahan organik lainnya. Keunggulan pupuk organik terletak pada kemampuannya dalam memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kapasitas tanah untuk menahan air.

Selain itu, pupuk ini juga mampu menambah aktivitas mikroba tanah yang berperan penting dalam menjaga kesuburan. Nutrien yang terkandung di dalamnya umumnya dilepaskan secara perlahan, sehingga memberikan efek yang lebih tahan lama bagi pertumbuhan tanaman. Fungsi utama dari pupuk organik diantaranya:

  • Menyediakan nutrien makro dan mikro secara alami.
  • Meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
  • Mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

3. Pupuk Majemuk

Pupuk majemuk mengandung dua atau lebih unsur hara primer (N, P, K) dalam satu produk. Contoh formula pupuk majemuk yang umum digunakan:

  • 15-15-15 → 15% N, 15% P₂O₅, 15% K₂O (komposisi seimbang).
  • 20-10-10 → 20% N, 10% P₂O₅, 10% K₂O (kaya nitrogen, cocok untuk fase awal pertumbuhan).
  • 12-12-17-2 → 12% N, 12% P₂O₅, 17% K₂O, dan 2% unsur tambahan (biasanya sulfur atau magnesium) untuk kualitas hasil panen.

Fungsi pupuk majemuk diantaranya:

  • Memudahkan aplikasi karena semua unsur hara utama diberikan sekaligus.
  • Menjamin keseimbangan hara sesuai kebutuhan tanaman.

Namun, dalam beberapa kasus, dosis pupuk majemuk tetap perlu dilengkapi dengan pupuk tunggal untuk memenuhi kebutuhan spesifik tanaman, terutama nitrogen.

4. Pupuk Lepas Lambat

Jenis pupuk ini dirancang untuk melepaskan unsur hara secara bertahap sesuai kebutuhan tanaman. Fungsi pupuk lepas lambat diantaranya:

  • Mengurangi kehilangan hara akibat pencucian atau penguapan.
  • Memastikan ketersediaan nutrien dalam periode yang lebih lama.
  • Cocok untuk tanaman hias, perkebunan, dan turfgrass.

5. Pupuk Cair dan Aplikasi Daun

Pupuk cair dapat diaplikasikan langsung ke tanah atau disemprotkan ke daun (foliar). Fungsi pupuk cair diantaranya:

  • Memperbaiki defisiensi unsur mikro secara cepat.
  • Memberikan suplai hara saat akar tidak optimal menyerap nutrien, misalnya karena kondisi tanah tidak ideal.

Baca juga:
Panduan Lengkap Pemupukan Efisien untuk Hasil Panen Optimal

Mengapa Uji Lab Pupuk Perlu Dilakukan?

Close-up of hands holding nutrient-rich compost beside lush green plant in a garden.
Seseorang memegang kompos kaya nutrisi di samping tanaman hijau subur di taman. Sumber: Pexel

Setiap jenis pupuk memiliki karakteristik, keunggulan, dan fungsi yang berbeda. Pemilihan jenis pupuk yang tepat harus mempertimbangkan kebutuhan spesifik tanaman, kondisi tanah, fase pertumbuhan, dan faktor lingkungan. Pemupukan yang efektif tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjaga kesehatan tanah dan mendukung pertanian berkelanjutan.

Namun semua manfaat tersebut hanya bisa tercapai jika pupuk yang digunakan benar-benar sesuai kandungan nutrisinya. Tanpa uji laboratorium tidak ada jaminan bahwa pupuk mengandung unsur hara sesuai label. Risikonya tanaman bisa kekurangan nutrisi, tanah menjadi rusak, dan hasil panen menurun.

Penting untuk dipahami bahwa uji laboratorium pupuk dilakukan pada tahap penelitian dan formulasi, bukan izin edar. Tujuannya adalah memastikan komposisi pupuk tepat sejak awal, sehingga nutrisi yang terkandung seimbang, efektif diserap tanaman, serta tidak menimbulkan kerusakan pada tanah. 

Formulasi yang tidak teruji berisiko menghasilkan pupuk yang kurang efektif bahkan merugikan petani maupun lingkungan. Pastikan pupuk yang Anda kembangkan sudah melalui uji formulasi dan kadar senyawa kimia. Lakukan uji laboratorium sejak tahap awal untuk menjamin kualitas, efektivitas, dan keberlanjutan produk sebelum melangkah ke izin edar.

Author: Fachry
Editor: Sabilla Reza

Referensi:

Gowariker, V., Krishnamurthy, V. N., Gowariker, S., Dhanorkar, M., & Paranjape, K. (2009). The fertilizer encyclopedia. John Wiley & Sons.

Homenauth, O. (2013). Fertilizer Manual: Concepts, Application, Storage and Handling. National Agricultural Research & Extension Institute.

Share your love

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi kami untuk informasi yang Anda perlukan.

Silakan konsultasikan kebutuhan pengujian produk Anda dengan tim ahli kami secara gratis.

Formulir Kontak