Bahaya & Manfaat Menggunakan Produk BPA Free

- Penggunaan BPA dalam Produk Sehari-Hari
- Kelompok Rentan dan Dampak Paparan BPA
- Faktor yang Mempengaruhi Pelepasan BPA
- Regulasi Keamanan BPA di Indonesia
BPA atau Bisphenol A merupakan bahan kimia sintetis yang telah lama digunakan dalam berbagai produk berbasis plastik dan resin. Meskipun memiliki fungsi penting dalam industri, keberadaannya menimbulkan kekhawatiran karena potensi dampaknya terhadap kesehatan manusia, terutama pada kelompok rentan seperti bayi dan anak-anak.
Penggunaan BPA dalam Produk Sehari-Hari
Bisphenol A (BPA) digunakan sebagai monomer untuk produksi polikarbonat dan sebagai prekursor dari resin epoksi. Polikarbonat banyak digunakan sebagai bahan kemasan pangan, antara lain botol susu bayi, botol air minum (galon), dan perabot rumah tangga. Resin epoksi digunakan sebagai pelapis pelindung bagian dalam kaleng makanan dan minuman, termasuk makanan/minuman bayi kalengan yang berbentuk cair.
Polikarbonat dan resin epoksi juga digunakan dalam produk konsumen yang digunakan sehari-hari seperti peralatan elektronik, peralatan medis, helm, dan lain-lain. Konsumen dapat terpapar BPA melalui botol polikarbonat dan peralatan makan. Secara lebih spesifik, paparan BPA dapat terjadi dalam kondisi di mana monomer sisa dalam polimer bermigrasi ke dalam makanan dan minuman atau polimer terhidrolisis, sehingga melepaskan BPA. Sumber paparan BPA lain yang relatif minor bagi konsumen adalah pelapis celah gigi, pelapis permukaan berbasis epoksi, perekat, tinta cetak, dan kertas termal.
Kelompok Rentan dan Dampak Paparan BPA

Sumber foto: CleanPNG
Bayi dan anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap paparan BPA. Paparan pada masa perkembangan dapat mempengaruhi otak dan sistem saraf, berpotensi menyebabkan gangguan perilaku, kesulitan belajar, dan masalah perkembangan lainnya. Bahan pada kaleng susu formula yang dilapisi resin epoksi dapat melepaskan BPA ke dalam susu formula selama proses sterilisasi panas.
Selain itu botol susu berbahan polikarbonat dapat menambah kemungkinan paparan BPA. Demi menjaga kesehatan konsumen, beberapa negara mulai melarang produk yang melepaskan BPA yang dimaksudkan untuk digunakan oleh bayi dan anak-anak di bawah usia tiga tahun. Saat ini, diskusi tentang penilaian risiko BPA berfokus pada bagian toksikologi pada dosis di bawah asupan harian yang dapat ditoleransi oleh tubuh.
Faktor yang Mempengaruhi Pelepasan BPA
Pelepasan BPA dari polikarbonat ke dalam cairan disebabkan oleh difusi dan hidrolisis polikarbonat yang dikatalisis oleh hidroksida. Parameter utama yang mempengaruhi pelepasan BPA adalah waktu kontak, suhu, dan pH dari simulasi makanan, semuanya memiliki korelasi positif. Sedangkan mencuci wadah secara berulang dinilai tidak mempengaruhi faktor pelepasan BPA.
BPA dapat membahayakan tubuh karena merupakan zat kimia yang dapat mengganggu sistem hormon, yang dikenal sebagai disruptor endokrin. BPA dapat meniru hormon estrogen dalam tubuh, yang dapat mengganggu keseimbangan hormonal. Ini dapat mempengaruhi perkembangan dan fungsi organ tubuh, serta berisiko meningkatkan masalah kesehatan terkait hormon.
Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap BPA dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker payudara dan kanker prostat, karena kemampuannya untuk mempengaruhi hormon estrogen yang terlibat dalam pertumbuhan sel-sel kanker.
Regulasi Keamanan BPA di Indonesia
Di Indonesia, Badan POM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Peraturan ini mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan PC untuk memastikan paparan BPA pada tingkat aman. Menghindari produk yang mengandung BPA, memilih bahan yang BPA-free, serta mengurangi paparan terhadap produk berbahan dasar plastik bisa membantu mengurangi risiko-risiko tersebut.
Terdapat beberapa alternatif jenis plastik yang aman untuk makanan antara lain polipropilen (PP) dengan kode daur ulang 5, polietilen dengan kode daur ulang 1 untuk PET, 2 untuk HDPE, dan 4 untuk LDPE. Dapat juga digunakan bahan-bahan yang dapat terdegradasi alami seperti asam polilaktat (PLA) yang terbuat dari pati jagung atau tebu. Pemilihan bahan plastik disesuaikan dengan kebutuhan barang yang akan dikemas.
Sebagai konsumen perlu dibekali pengetahuan mengenai bahan plastik yang aman dan layak digunakan untuk makanan atau minuman dan cara penanganan wadah tersebut. Baik disimpan dalam suhu ruang, dingin (kulkas), atau dihindari dari pemanasan. Uji kandungan BPA dan keamanan kemasan produk Anda di laboratorium yang tepercaya. Pastikan produk Anda aman, sesuai regulasi, dan layak edar sebelum dipasarkan.
Author: Delfi
Editor: Sabilla Reza
References:
Badan POM. 2021. Penjelasan Badan POM RI Tentang Kandungan Bisfenol A (BPA) pada Kemasan Galon AMDK yang Digunakan Secara Berulang. Diakses pada 5 Februari 2025. Dapat diakses pada tautan : https://www.pom.go.id/penjelasan-publik/penjelasan-badan-pom-ri-tentang-kandungan-bisfenol-a-bpa-pada-kemasan-galon-amdk-yang-digunakan-secara-berulang.
Hoekstra, Eddo & Simoneau, Catherine. (2013). Release of Bisphenol A from Polycarbonate—A Review. Critical reviews in food science and nutrition. 53. 386-402. 10.1080/10408398.2010.536919.