Uji Toksisitas Teratogenik Produk Herbisida Menggunakan Ikan Zebra (Danio rerio)

Penggunaan herbisida dalam praktik pertanian telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Herbisida digunakan untuk mengendalikan gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman, namun dampaknya terhadap lingkungan, hewan, dan manusia masih menjadi perhatian. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi efek teratogenik, yaitu kemampuan suatu zat untuk menyebabkan malformasi atau cacat perkembangan selama tahap awal kehidupan. 

Maka dari itu, diperlukan pengujian yang mendalam untuk menilai potensi teratogenik dari herbisida yang digunakan secara luas. Salah satu metode pengujian yang efektif adalah menggunakan ikan zebra (Danio rerio) sebagai model organisme. Pengujian ini penting karena memungkinkan para peneliti untuk mengamati efek langsung dari paparan herbisida pada perkembangan awal embrio. Dengan memantau berbagai parameter seperti kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan morfologis, dan fungsi organ, uji teratogenik dapat memberikan gambaran yang jelas tentang potensi bahaya yang ditimbulkan herbisida pada makhluk hidup.

farmer-spraying-vegetables-garden-with-herbicides-man-black-apron by freepik. uji toksisitas, uji pestisida, uji herbisida

Mengenal Ikan Zebra : Si Kecil yang Populer dalam Dunia Toksikologi

Ikan zebra adalah organisme model yang populer dalam penelitian toksikologi karena memiliki banyak keunggulan. Siklus hidup yang cepat, kemudahan pemeliharaan, dan embrio yang transparan menjadikan ikan ini ideal untuk mengamati perkembangan awal. Selain itu, ikan zebra kemiripan genetik yang cukup signifikan dengan manusia. Sekitar 70% dari gen manusia memiliki homolog dengan ikan zebra sehingga menjadikannya model yang relevan dalam studi perkembangan dan efek toksikologis pada makhluk hidup.

Embrio ikan zebra berkembang di luar tubuh induk dan dapat menyerap zat kimia langsung dari lingkungan air sehingga memungkinkan peneliti untuk mengekspos embrio pada herbisida atau bahan kimia lain secara langsung dan mengamati efeknya pada perkembangan embrio, termasuk potensi teratogenik seperti cacat fisik, gangguan pertumbuhan, atau kematian embrio.

Uji teratogenik pada ikan zebra dimulai dengan menempatkan embrio yang baru dibuahi ke dalam medium yang mengandung larutan herbisida yang ingin diuji. Konsentrasi herbisida biasanya divariasikan untuk melihat respon terhadap dosis yang berbeda dan menentukan tingkat dosis yang paling aman atau berbahaya. 

Beberapa indikator utama yang diperhatikan dalam uji ini meliputi kelangsungan hidup, pertumbuhan, morfoanatomis, perkembangan jantung, dan tingkat keberhasilan penetasan telur. Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan untuk menentukan apakah embrio mampu bertahan setelah terpapar herbisida. Pertumbuhan dinilai melalui pengukuran panjang tubuh, ukuran organ, dan parameter pertumbuhan lainnya. Sementara itu, pengamatan morfoanatomis mencakup adanya malformasi atau cacat perkembangan, seperti kelainan pada kepala, sirip, mata, atau tulang belakang. Herbisida sering memengaruhi sistem kardiovaskular, sehingga laju detak jantung embrio juga menjadi parameter penting yang dipantau. Selain itu, keberhasilan menetas dari embrio menjadi larva juga menjadi indikator kunci untuk menilai potensi toksisitas bahan kimia.

Secara keseluruhan, Uji toksisitas teratogenik menggunakan ikan zebra adalah alat penting dalam penilaian risiko herbisida. Dengan keunggulan ikan zebra sebagai model organisme, pengujian untuk mengetahui dampak herbisida terhadap perkembangan awal kehidupan dapat dilakukan secara cepat dan efisien. Meskipun tidak semua herbisida secara langsung menyebabkan efek teratogenik, penelitian yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan bahwa paparan terhadap bahan kimia ini tetap dalam batas aman. Upaya untuk mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan juga sangat penting dalam menjaga keseimbangan antara pertanian yang produktif dan kesehatan ekosistem.

Nah, bagaimana sudah mengetahui lebih dalam tentang metode uji toksisitas teratogenik produk herbisida menggunakan ikan zebra. Makin penasaran dengan metode uji toksisitas lainnya? Jangan lupa tunggu artikel – artikel kami berikutnya!

Author : Rahmidevi Alfiani

 

 

REFERENSI

Keshari, V., Adeeb, B., Simmons, A. E., Simmons, T. W., & Diep, C. Q. (2016). Zebrafish as a model to assess the teratogenic potential of nitrite. Journal of visualized experiments: JoVE, (108).

Mulyani, T., Ida Julianti, C., & Sihombing, R. (2020). Tinjauan Pustaka: Teknik Pengujian Toksisitas Teratogenik Pada Obat Herbal. J Farm Udayana9(1), 31.

Selderslaghs, I. W., Van Rompay, A. R., De Coen, W., & Witters, H. E. (2009). Development of a screening assay to identify teratogenic and embryotoxic chemicals using the zebrafish embryo. Reproductive toxicology28(3), 308-320.

Teixidó, E., Piqué, E., Gómez-Catalán, J., & Llobet, J. M. (2013). Assessment of developmental delay in the zebrafish embryo teratogenicity assay. Toxicology in Vitro27(1), 469-478.

Share your love
IML Research
IML Research
Articles: 163

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi kami untuk informasi yang Anda perlukan.

Silakan konsultasikan kebutuhan pengujian produk Anda dengan tim ahli kami secara gratis.

Formulir Kontak