fbpx

Tembaga Sulfat: Solusi atau Ancaman? Menguak Toksisitasnya dalam Pengelolaan Parasit pada Budidaya Ikan

Ikan merupakan sumber makanan atau nutrisi dan budidaya ikan adalah sumber pendapatan serta mata pencaharian bagi masyarakat di seluruh dunia. Kenaikan permintaan terhadap produk ikan segar yang semakin meningkat mendorong pertumbuhan produksi ikan budidaya. Hal ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan populasi dunia.

Proses budidaya ikan tidaklah mudah. Banyak tantangan yang menyebabkan kegagalan proses budidaya, salah satunya adalah gangguan dari keberadaan parasit yang menimbulkan penyakit terhadap ikan sehingga terjadi penurunan produktivitas.

Penyakit akibat parasit ini telah menyebabkan kerugian sekitar 40% dalam produksi akuakultur, dengan biaya lebih dari US$ 100 miliar. Kemajuan dalam pengelolaan penyakit dapat meningkatkan keberlanjutan ekonomi, memperbaiki mata pencaharian produsen, dan berkontribusi pada pertumbuhan akuakultur ikan di tingkat lokal, regional, dan nasional.

Tembaga sulfat (CuSO4) telah digunakan sebagai pengobatan untuk mengurangi infeksi yang disebabkan oleh parasit dalam budidaya ikan. Namun, penggunaan yang berlebihan dilaporkan berpotensi menimbulkan efek toksik. Oleh karena itu, konsentrasi tembaga sulfat yang aman perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum digunakan.

Penggunaan Tembaga Sulfat pada Budidaya Ikan

Focused African American schoolboy in safety glasses and uniform examining flask with dark liquid while conducting chemical experiment in classroom, uji toksisitas, uji toksisitas akut, budidaya ikan by pexel

Tembaga sulfat digunakan secara global di bidang pertanian dan akuakultur sebagai algisida dan fungisida. Tembaga sulfat telah lama digunakan di banyak negara sebagai pengobatan kimia untuk mengendalikan dan mengobati penyakit pada ikan di akuarium serta akuakultur air tawar dan laut. Selain itu, bahan kimia ini juga dipakai untuk menghilangkan siput dari kolam akuakultur dan mengendalikan ikan yang tidak diinginkan, yang menjadi predator atau pesaing bagi ikan yang dibudidayakan secara komersial.

Berdasarkan penelitian, tembaga sulfat dapat digunakan sebagai obat untuk mencegah atau mengobati infeksi jamur pada telur ikan largemouth bass (Micropterus salmoides). Hal ini sangat berguna di lingkungan air yang memiliki tingkat alkalinitas tinggi, di mana jamur cenderung berkembang lebih cepat.

Tembaga sulfat bisa memiliki kadar ion tembaga yang berbeda-beda tergantung pada jenis atau formulasi produk yang dijual di pasaran. Formulasi yang paling umum digunakan dalam sistem akuakultur adalah tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4·5H2O).

Penelitian pertama yang melaporkan konsentrasi mematikan dari tembaga sulfat untuk ikan dilakukan pada tahun 1863 oleh Penny dan Adams, menggunakan ikan mas (Carassius auratus). Sejak abad ke-19, tembaga sulfat telah digunakan dalam budidaya ikan air tawar untuk mengendalikan parasit.

Pentingnya Uji Toksisitas Tembaga Sulfat pada Budidaya Ikan

Penggunaan tembaga sulfat dalam akuakultur telah diteliti secara luas di seluruh dunia. Penelitian tersebut penting karena pemahaman yang mendalam tentang agen pengobatan kimia ini dapat membantu mengoptimalkan penggunaannya untuk mengendalikan dan mengobati infeksi ektoparasit pada ikan. Dengan pengetahuan yang tepat, tembaga sulfat dapat digunakan secara lebih efektif dan aman dalam industri akuakultur.

Sebelum tembaga sulfat digunakan sebagai obat untuk ikan budidaya, sangat penting untuk mengetahui konsentrasi aman yang dapat diterima oleh spesies ikan tertentu. Hal ini sangat penting karena konsentrasi dan durasi pengobatan yang direkomendasikan untuk tembaga sulfat sering kali mendekati tingkat yang mematikan bagi banyak spesies ikan.

Uji toksisitas akut adalah cara yang sering digunakan untuk mengukur seberapa berbahaya suatu obat atau bahan kimia bagi organisme hidup dan untuk melihat apakah bahan tersebut bisa mencemari spesies yang penting bagi lingkungan dan industri.

Toleransi ikan terhadap tembaga sulfat berbeda-beda tergantung spesiesnya. Beberapa ikan sangat sensitif terhadap tembaga sulfat dan bisa mati bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah, sementara ikan lain lebih tahan. Karena itu, tingkat racun (LD50) yang mematikan untuk 50% populasi ikan dalam 96 jam bisa bervariasi, tergantung pada jenis ikan, formulasi tembaga sulfat yang digunakan, serta faktor lain yang berkaitan dengan ikan dan lingkungannya. 

Ikan trout pelangi (Oncorhynchus mykiss), tingkat racun setelah 48 jam adalah 0,75 mg/L. Untuk ikan juvenile rabbitfish (Siganus rivulatus), tingkat racunnya lebih dari 3,0 mg/L setelah 72 jam. Ikan grass carp muda (Ctenopharyngodon idella) memiliki tingkat racun 2,01 mg/L setelah 72 jam, sedangkan untuk ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah 40,6 mg/L setelah 72 jam.

Gambar ; IML Research , pestisida, pestisida organik, jenis pestisida

Jika Anda ingin melakukan uji toksisitas akut terhadap produk yang Anda miliki, IML Testing and Research siap membantu Anda. Segera lakukan konsultasi dengan kami TANPA DIPUNGUT BIAYA APAPUN !

Referensi

Dias, M.T. (2021). Toxic, physiological, histomorphological, growth performance and antiparasitic effects of copper sulphate in fish aquaculture. Aquaculture, 535: 1-29. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2021.736350.

Straus, D.L., Ledbetter, C.K., & David, L.H. (2020). Inhibiting fungus on largemouth bass eggs with copper sulfate and its toxicity to fry and juveniles. Journal of the World Aquaculture Society, 51: 214-223. DOI: 10.1111/jwas.1263.

Share your love