
Penghuni Tak Terlihat di Kulit Kita, Mengenal Mikrobiota Kulit!

Apa itu Mikrobiota Kulit?
Kulit adalah organ terluar yang berperan sebagai pelindung antara tubuh manusia dan lingkungan. Menariknya, setiap bagian kulit memiliki kondisi unik.
Misalnya, suhu di area selangkangan dan ketiak dapat mencapai 37°C, sedangkan di ujung jari dan kaki hanya sekitar 30°C. Kelenjar minyak pada kulit juga menghasilkan asam lemak yang menjaga pH kulit tetap asam (4,2 – 7,9), menciptakan ekosistem ideal bagi berbagai mikroorganisme.
Kondisi-kondisi tersebut membuat berbagai jenis mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, virus, dan archaea hidup di kulit. Kumpulan mikroorganisme yang hidup di kulit ini dikenal sebagai mikrobiota kulit.
Mikrobiota kulit penting untuk mempercepat penyembuhan luka, melindungi dari infeksi, menjaga kesehatan kulit. Namun, keseimbangan mikrobiota kulit dapat berubah akibat penuaan, penyakit kulit, atau faktor eksternal lainnya
Pengetahuan tentang mikrobiota kulit menjadi tantangan besar di bidang kesehatan dan kosmetik, namun dengan adanya teknologi modern, seperti next-generation sequencing (NGS), dapat membantu perkembangan di bidang tersebut. .
Jenis Mikrobiota Kulit
Tanpa sadar di kulit kita hidup berbagai mikroorganisme yang membentuk ekosistem unik. Mikrobiota kulit terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, antaralain:
1.Archaea
Jenis yang umum ditemukan adalah Thaumarchaeota dan Euryarchaeota, yang membantu mengatur pH kulit dan memperkuat pertahanan alami tubuh.
2.Virus
Bacteriophages, atau virus yang menginfeksi bakteri, berperan dalam mengontrol populasi bakteri. Menurut penelitian Liu et al. (2017), orang dengan kulit sehat memiliki lebih banyak Cutibacterium acnes phages dibandingkan mereka yang menderita Acne vulgaris. Ini menunjukkan bahwa phages berperan dalam mencegah pertumbuhan bakteri penyebab jerawat.
3.Bakteri
Kulit manusia didominasi oleh bakteri dari genus Staphylococcus, Corynebacterium, dan Cutibacterium, yang bekerja sama untuk menjaga homeostasis kulit
Artikel Terkait: Terobosan Baru! Nanoselulosa Bakteri untuk Kulit Sehat dan Glowing
Apa Peran Mikrobiota Kulit?
Mikrobiota kulit bukan hanya penghuni pasif, tetapi juga memiliki fungsi penting. Mikrobiota kulit memiliki peran dalam mempertahankan homeostatis kulit, yang menjaga dari serangan patogen maupun masalah lingkungan.
Mikroba di kulit menghasilkan enzim protease yang membantu mengelupas sel kulit mati dan memperbarui lapisan kulit terluar (stratum corneum). Selain itu, enzim lipase yang dihasilkan juga membantu memecah lapisan lemak di permukaan kulit dan enzim urease berperan memecah urea.
Peran lain mikroba di kulit sebagai pertahanan homeostatis adalah melindungi kulit dari patogen melalui mekanisme kompetisi, yaitu cara bersaing mikroba untuk mendapatkan tempat hidup dan nutrisi. Mekanisme lainnya adalah memproduksi zat antimikroba seperti antimicrobial peptides (AMP).
Selain mempertahankan homeostatis kulit, mikrobiota kulit juga dapat berinteraksi dengan sistem imun tubuh manusia. Sejak awal kehidupan, bakteri di kulit memiliki interaksi yang kuat dengan sel imun tubuh, sel imun T di kulit dilatih untuk merespons bakteri patogen yang muncul sementara di kulit.
Apa Saja yang Mempengaruhi Komposisi Mikrobiota Kulit?
Komposisi mikrobiota kulit tidaklah stabil. Berbagai faktor dapat memengaruhi keseimbangan mikroorganisme di kulit kita, mulai dari faktor bawaan hingga kebiasaan sehari-hari. Banyak faktor yang memengaruhi keseimbangan mikrobiota kulit. Komposisi mikrobiota kulit dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik yang mempengaruhi komposisi mikrobiota kulit meliputi lokasi kulit, etnisitas, jenis kelamin, dan penuaan. Berdasarkan lokasi kulit, area kulit yang cenderung berminyak seperti wajah akan didominasi oleh Propionibacteria dan Staphylococci. Area kulit yang lembab (ketiak) akan didominasi oleh Corynebacteria dan Staphylococci. Sedangkan area kulit yang kering memiliki keragaman mikroba lebih tinggi. Faktor etnisitas mencakup pola perilaku, aspek budaya, dan sosial. Contohnya, Corynebacterium variabile ditemukan pada Hispanik, sedangkan Corynebacterium kroppenstedtii lebih umum pada Asia Timur. Berdasarkan jenis kelamin, kulit pria cenderung memiliki lebih banyak Cutibacterium dan Corynebacterium, sedangkan wanita lebih banyak memiliki Enterobacteriales dan Moraxellaceae. Corynebacterium meningkat pada kulit yang berusia lebih tua sementara Cutibacterium menurun.
Faktor Ekstrinsik
Faktor ektrinsik merupakan lingkungan dan kebiasaan seseorang yang mempengaruhi mikrobiota kulit. Faktor ini meliputi proses persalinan dari awal bayi hingga berkembang sesuai lingkungan.
Gaya hidup dan kebersihan, seperti penggunaan kosmetik, sabun, dan paparan polusi juga akan mempengaruhi keragaman mikrobiota. Orang yang hidup bersama cenderung akan memiliki mikrobiota kulit yang mirip.
Selain itu, penggunaan antibiotik akan mengurangi jumlah bakteri dan memungkinkan bakteri patogen untuk tumbuh. Mikrobiota kulit adalah elemen penting dalam kesehatan manusia.
Pemahaman yang lebih dalam tentang mikrobioma kulit membuka jalan bagi aplikasi klinis (seperti terapi berbasis mikrobioma) dan industri (seperti pengembangan kosmetik berbasis mikroba). Namun, masih banyak tantangan teknis dan metodologis dalam mengeksplorasi dan memanipulasinya secara efektif.
Untuk memahami komposisi mikrobiota kulit dengan lebih akurat, IML Research menyediakan layanan uji biologi molekuler. Uji ini membantu mengidentifikasi mikroorganisme yang ada di kulit, memberikan wawasan penting bagi pengembangan produk kosmetik atau produk lainnya yang Anda miliki
Referensi:
Boxberger, M., Cenizo, V., Cassir, N., dan Scola, B. L. 2021. Challenges in exploring and manipulating the human skin microbiome. Microbiome, 9: 125.
Grice EA, Kong HH, Conlan S, Deming CB, Davis J, Young AC, et al.Topographical and temporal diversity of the human skin microbiome.Science. 2009;324:1190–2.
Liu J, Yan R, Zhong Q, Ngo S, Bangayan NJ, Nguyen L, et al. The diversity and host interactions of Propionibacterium acnes bacteriophages on human skin. ISME J. 2015;9:2078–93.



