
Apa itu Rodentisida? Seberapa Bahaya Rodentisida Bagi Organisme Non-Target?
Rodentisida merupakan pestisida yang dirancang khusus untuk membunuh hewan pengerat, seperti tikus yang dianggap sebagai hama.
Rodentisida sangat beracun, bahkan terhadap organisme non-target. Berdasarkan literatur yang diterbitkan antara tahun 1998 hingga 2015, banyak hewan non-target ditemukan memiliki residu rodentisida yang terakumulasi di organ hati mereka. Organisme non-target adalah makhluk hidup yang terkena dampak penggunaan zat atau bahan kimia meskipun tidak menjadi sasaran utamanya. Beberapa hewan non-target tersebut meliputi burung, Cetartiodactyla (seperti rusa dan sapi), landak, kelinci, kelelawar, Marsupialia (mamalia berkantung seperti kanguru dan opossum), serta reptil.
Rodentisida juga berbahaya bagi manusia. Sebagian besar paparan rodentisida pada manusia terjadi secara tidak sengaja, terutama pada anak-anak kecil. Gejala klinis keracunan rodentisida sangat bervariasi, mulai dari perdarahan akibat antikoagulan hingga gangguan neurologis dan metabolik.
Oleh karena itu, penting memiliki wawasan mengenai tingkat toksisitas rodentisida bagi organisme non-target untuk keamanan dan keselamatan dalam pengendalian hama tikus.
Apa itu Rodentisida?
Rodentisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan atau membunuh hewan pengerat. Untuk memahami rodentisida secara menyeluruh, penting untuk menganalisis setiap jenis rodentisida berdasarkan mekanisme kerjanya, organ yang terpengaruh, tingkat toksisitas, dan efek mematikannya.
Secara umum, rodentisida dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat toksisitasnya, yang diukur menggunakan LD50 (dosis yang menyebabkan kematian pada 50% populasi hewan uji) dalam satuan mg/kg berat badan.
Kategori Rodentisida berdasarkan Tingkat Toksisitasnya
Rodentisida dalam kategori highly toxic memiliki LD50 di bawah 50 mg/kg berat badan, sehingga hanya membutuhkan dosis sangat kecil untuk menyebabkan kematian. Contoh senyawa yang termasuk dalam kelompok ini adalah zinc phosphide, aluminium phosphide, yellow phosphorus, thallium, strychnine, arsenic, dan sodium monofluoroacetate. Senyawa-senyawa ini dikenal sangat mematikan dan sering digunakan dalam kasus pengendalian tikus yang ekstrem.
Rodentisida dalam kategori moderately toxic memiliki LD50 antara 50 hingga 500 mg/kg berat badan. Contoh senyawa dalam kelompok ini adalah alpha-naphthylthiourea. Namun, senyawa ini jarang digunakan dalam praktik sehari-hari karena efektivitasnya yang relatif rendah dibandingkan rodentisida lainnya.
Rodentisida dalam kategori low toxic mencakup rodentisida dengan LD50 antara 500 hingga 5000 mg/kg berat badan, yang umumnya membutuhkan dosis lebih besar untuk mematikan. Beberapa contoh senyawa dalam kelompok ini adalah norbormide, red squill, dan rodentisida tipe antikoagulan.

Kategori Rodentisida berdasarkan Tipe Antikoagulan
Rodentisida tipe antikoagulan dibagi menjadi 2 kelas, yakni Turunan 4- hydroxycoumarin (coumarin: warfarin, coumatetralyl, brodifacoum, bromadiolone, difenacoum, difethialone, dan flocoumafen), dan turunan 1,3-indanedione (indanedione: chlorophacinone dan diphacinone adalah contoh yang paling umum digunakan).
Rodentisida dengan toksisitas rendah sering tersedia di pasar lokal dan banyak digunakan dalam pengendalian hama tikus sehari-hari.
Selain senyawa-senyawa utama, ada juga beberapa racun lain yang memiliki sifat sebagai rodentisida tetapi jarang ditemukan dalam praktik modern. Contoh senyawa tersebut meliputi barium carbonate, bromethalin, chloralose, crimidine, fluoroacetamide, dan tetramethylenedisulfotetramine (tetramine).
Dengan memahami klasifikasi dan tingkat toksisitas rodentisida, diharapkan penggunaannya dapat lebih bijaksana dan aman untuk mengurangi risiko terhadap organisme non-target dan manusia. Pengetahuan ini sangat penting terutama dalam mengelola pengendalian hama tikus secara efektif tanpa membahayakan lingkungan.
Uji Laboratorium Toksisitas Rodentisida Terhadap Organisme Non-Target, Mengapa Penting?
Uji toksisitas rodentisida terhadap organisme non-target adalah langkah vital untuk melindungi keanekaragaman hayati, kesehatan manusia, dan lingkungan.
Rodentisida yang terakumulasi di lingkungan dapat membahayakan keanekaragaman hayati. Burung pemangsa, mamalia kecil, dan reptil yang memakan hewan terpapar rodentisida bisa mengalami kerusakan organ, gangguan saraf, atau bahkan kematian. Uji toksisitas penting dilakukan untuk mengetahui risiko ini dan mengambil langkah pencegahan agar spesies non-target tetap terlindungi.
Rodentisida juga berbahaya bagi manusia, terutama jika terjadi paparan tidak sengaja. Anak-anak kecil atau orang yang bersentuhan langsung dengan rodentisida dapat mengalami gangguan serius pada kesehatan, seperti kerusakan saraf atau gangguan pembekuan darah. Uji toksisitas membantu mengidentifikasi risiko ini sehingga penggunaan rodentisida bisa lebih aman dan terkendali.
Hasil uji toksisitas juga berguna untuk mendukung kebijakan penggunaan rodentisida. Informasi ini membantu pembuat kebijakan menetapkan batas aman atau mengembangkan alternatif yang lebih aman. Selain itu, uji toksisitas mendorong pengendalian hama yang berkelanjutan, seperti memanfaatkan predator alami, yang lebih aman bagi lingkungan.
Dengan memahami risiko yang ditimbulkan rodentisida, kita dapat mengembangkan pendekatan pengendalian hama yang lebih bijaksana, efektif, dan ramah lingkungan. Hal ini tidak hanya penting bagi keberlanjutan ekosistem, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi generasi mendatang.
Rodentisida dapat membahayakan organisme non-target dan manusia. Residu beracun yang terakumulasi di lingkungan berisiko menyebabkan kerusakan organ, gangguan saraf, hingga kematian. Untuk memastikan keamanan dan penggunaan yang bijaksana, lakukan uji toksisitas rodentisida di IML Research.
Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut dan nantikan artikel bermanfaat berikutnya!
Author: Dherika
Editor: Sabilla
Referensi
Abhilas, K.P.P., & Jayakaran, J.A.J. (2019). Rodenticide Poisoning: Literature Review and Management. Current Medical Issues, 17(4): 129-133. Doi: 10.4103/cmi.cmi_54_19.
Isackson, B., & Irizarry, L. (2024). Rodenticide Toxicity. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/books/NBK554428/ (Accessed: December 14th, 2024).
Nakayama, S.M.M., Morita, A., Yoshinori, I., Hazuki, M., & Mayumi, I. (2019). A review: Poisoning by Anticoagulant Rodenticides in Non-target Animals Globally. The Journal of Veterinary Medical Science, 81(2): 298-313. Doi: 10.1292/jvms.17-0717.