fbpx

3 Jenis Pengujian Fungisida Organik yang Harus Anda Lakukan Sebelum Produk Diedarkan  !

Fungisida organik adalah senyawa alami yang digunakan untuk mengontrol atau mengeliminasi jamur pada tanaman. Bahan-bahan tersebut berasal dari tanaman, hewan, mikro organisme, atau mineral tanpa proses sintetik. Fungisida organik membantu mengendalikan penyakit tanaman seperti embun tepung, busuk daun, dan karat, serta digunakan secara preventif.

Permintaan global terhadap fungisida organik meningkat, terutama di Amerika Utara, Eropa, dan Asia Pasifik, karena konsumen lebih memilih produk ramah lingkungan. Pengguna produk ini meliputi petani, produsen pertanian, serta individu dengan kebun pribadi.

Karena meningkatnya permintaan, penting untuk menguji fungisida organik secara menyeluruh guna memastikan efektivitas dan keamanannya bagi tanaman, manusia, dan lingkungan. Produk harus memenuhi regulasi dan standar sertifikasi untuk diterima di pasar.

Dengan pengujian yang cermat, produsen dan pengguna bisa mendapatkan manfaat maksimal dari fungisida organik sambil meminimalkan risiko.

Uji efikasi, uji toksisitas, uji efikasi by unsplash

Pengujian efikasi bertujuan untuk mengukur efektivitas fungisida organik dalam mengendalikan atau membunuh jamur patogen yang menyerang tanaman. Hal ini bisa dilakukan menggunakan metode  Disk Diffusion dan pengujian mikroskopik. 

  • Metode disk diffusion melibatkan proses inokulasi jamur pada medium pertumbuhan dan disk disk kertas yang telah direndam dalam larutan fungisida organik. Disk tersebut disimpan di tengah permukaan agar yang telah diinokulasi. Efektivitas fungisida akan ditentukan dari berapa besar diameter zona hambat atau area di sekitar disk di mana pertumbuhan jamur terhambat atau tidak terjadi sama sekali.
  • Uji mikroskopik dilakukan untuk memeriksa pertumbuhan dan morfologi jamur pada media kultur setelah perlakuan dengan fungisida organik. Metode ini memungkinkan analisis langsung terhadap efek fungisida pada struktur dan perkembangan jamur.

Pengujian efikasi fungisida organik juga dapat dilakukan langsung pada tanaman untuk memberikan informasi yang lebih relevan mengenai efektivitas produk dalam kondisi pertumbuhan nyata. Salah satu metode utama adalah uji terbuka di lapangan (field trials) dengan menerapkan fungisida pada tanaman yang tumbuh dalam kondisi alami dan terinfeksi jamur patogen. Selain itu, uji rumah kaca (greenhouse trials) dilakukan di lingkungan terkontrol di rumah kaca, memungkinkan peneliti untuk mengontrol variabel lingkungan seperti suhu dan kelembaban.

Pengujian toksisitas dilakukan untuk memastikan bahwa fungisida organik tidak membahayakan manusia, hewan, dan lingkungan. Standar pengujian toksisitas fungisida mencakup beberapa kategori utama, yaitu uji toksisitas akut, toksisitas kronis, dan toksisitas terhadap lingkungan. 

  • Uji toksisitas akut dapat dilakukan melalui pengujian LD50 (Lethal Dose 50) dan LC50 (Lethal Concentration 50). LC50 digunakan untuk mengukur dosis fungisida yang menyebabkan kematian pada 50% subjek uji dalam periode waktu tertentu, sedangkan uji LC50 (Lethal Concentration 50) mengukur konsentrasi fungisida dalam media tertentu yang menyebabkan kematian pada 50% dari subjek uji. 
  • Uji toksisitas kronis melibatkan uji paparan jangka panjang untuk mengamati efek kesehatan yang mungkin muncul setelah paparan berkelanjutan pada subjek uji. Dapat dilakukan menggunakan uji kesehatan tanah yang dilakukan untuk mengukur dampak fungisida pada mikroorganisme tanah dan kesehatan tanah secara keseluruhan. Selain tanah, uji toksisitas bisa dilakukan terhadap air untuk menilai efek fungisida organik terhadap organisme akuatik seperti alga atau ikan jika produk berpotensi mencemari sumber air.

Pengujian biologi molekuler melibatkan analisis pada tingkat molekuler untuk memastikan kualitas dan keamanan produk fungisida organik, termasuk identifikasi komponen aktif dan pemantauan kontaminan. 

Analisis kualitas produk dapat dilakukan menggunakan teknik HPLC (High-Performance Liquid Chromatography) untuk menganalisis komponen aktif dalam fungisida dan memastikan konsentrasi yang tepat, serta analisis struktur kimia untuk memeriksa struktur kimia dari bahan aktif yang ada di dalam produk. 


Selain itu, pendekatan biologi molekuler dapat dilakukan untuk menilai risiko resistensi terhadap fungisida. Teknik-teknik molekuler yang umum digunakan dalam evaluasi ini meliputi sequencing, Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk menganalisis ekspresi RNA, serta analisis protein menggunakan Western Blotting dan Proteomics untuk menilai perubahan ekspresi atau modifikasi protein yang terlibat dalam resistansi patogen.

Uji BPOM

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Pertanian (Kementan) adalah lembaga utama yang bertanggung jawab untuk mengawasi pendaftaran dan sertifikasi produk pestisida, termasuk fungisida organik.

Selain BPOM dan Kementerian, lembaga sertifikasi pihak ketiga dan konsultan pengujian fungisida juga dapat terlibat dalam memberikan sertifikasi dan data pendukung tambahan. Konsultan pengujian pestisida memainkan peran penting dalam proses sertifikasi. Mereka biasanya melakukan pengujian laboratorium dan evaluasi data ilmiah yang diperlukan sebagai data tambahan untuk mendukung pendaftaran dan sertifikasi suatu produk. 

Perusahaan yang telah berpengalaman dan pengujian fungisida adalah IML Research. IML Research sudah tersertifikasi Kementerian Pertanian yang menghasilkan hasil laporan yang lengkap, tepat dan terpercaya. IML Research menghadirkan tim peneliti expert yang telah berpengalaman selama 25 tahun dan berasal dari PTN terbaik di Indonesia seperti ITB, UNPAD dan IPB.


Untuk informasi lebih lanjut kunjungi Instagram kami di imlresearch dan untuk terhubung langsung dengan CS kami silahkan KLIK TOMBOL DIBAWAH INI!

REFERENSI

Berkow, E. L., Lockhart, S. R., & Ostrosky-Zeichner, L. (2020). Antifungal susceptibility testing: current approaches. Clinical Microbiology Reviews33(3), 10-1128.

BPOM. Pendaftaran dan Pengawasan Pestisida. Diakses https://perpustakaan.pom.go.id/slims/index.php?p=show_detail&id=2607 pada 14 Juli 2024. 

Brent, K. J., & Hollomon, D. W. (1998). Fungicide resistance: the assessment of risk (Vol. 2). Brussels, Belgium: Global Crop Protection Federation.

Chalker-Scott, Linda & Calvert, Ilana. (2014). Organic fungicides for the home gardener. WSU Extension Fact Sheet FS128E.. Washington State University Extxension Publications.

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian. (2013). Metode Standar Pengujian Efikasi Fungisida. Jakarta : Kementerian Pertanian.

Giordani, I. A., Busatta, E., Oliveira Filho, L. C. I. D., Baretta, D., Kissmann, C., & Baretta, C. R. D. M. (2020). Toxicity of pesticides with fungicide and fungicide+ insecticide effects to Eisenia andrei. Revista Ambiente & Água15, e2493.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2011).  Peraturan dan Regulasi Pertanian. Diakses dari https://psp.pertanian.go.id/storage/559/Permentan-No.-24-Th.-2011-ttg-Syarat-dan-Tatacara-Pendaftaran-Pestisida.pdf  pada 14 Juli 2024. 

OECD. (2001). OECD guideline for testing of chemicals. Organisation for Economic Co-Operation and Development : Paris, France

Share your love