
Uji Efektivitas Obat Cacing Menggunakan Kultur Parasit
Infeksi cacing parasit atau helminthiasis yang disebabkan oleh cacing parasit seperti cacing gelang, cacing pita, dan cacing tambang merupakan masalah kesehatan di banyak negara, terutama di kawasa dengan kondisi sanitasi yang buruk. Infeksi dapat menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan, hingga kematian, pada manusia maupun hewan. Untuk mengatasi hal tersebut, telah dilakukan pengembangan obat cacing (anthelmintik) yang sangat penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi parasit tersebut.
Pengambangan dan pencarian baru obat cacing harus disertai dengan pengujian efektivitas yang umumnya dapat dilakukan melalui uji in-vivo pada hewan yang terinfeksi parasit. Namun, metode tersebut memiliki beberapa keterbatasan, seperti etika penggunaan hewan variabilitas hasil yang didapatkan. Oleh karena itu, saat ini telah dikembangkan metode in vitro menggunakan kultur parasit sebagai alternatif yang lebih terkontrol dan etis.
Kultur Parasit dalam Pengujian Obat Cacing

Kultur parasit adalah metode dimana parasit dipelihara dalam kondisi laboratorium, baik di dalam medium buatan atau menggunakan jaringan inang. Parasit yang dikulturkan bukan dalam bentuk sel individual, melainkan dalam bentuk stadia tertentu dari siklus hidupnya, seperti telur, larva, atau dewasa. Beberapa parasit yang sering digunakan untuk uji in-vitro meliputi Haemonchus contortus (cacing pada hewan ruminansia), Strongyloides stercoralis, dan Ascaris suum (cacing pada babi).
Keberhasilan kultur parasit sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan ketersediaan nutrisi, termasuk media pertumbuhan, suhu, pH, dan suplai oksigen. Parasit dapat dikultur dalam medium cair atau padat yang mengandung nutrisi esensial yang mendukung pertumbuhannya. Salah satu tahapan penting adalah mengkulturkan larva dalam medium yang disesuaikan untuk mengamati pengaruh obat cacing terhadap berbagai fase perkembangan parasit.
Secara umum, pembuatan kultur parasit dimulai menggunakan stadia telur atau larva parasit. Setelah parasit mencapai tahap tertentu, seperti larva L3 atau larva dewasa, obat cacing yang akan diuji dimasukkan ke dalam kultur.
Obat cacing yang diuji ditambahkan ke dalam kultur dalam berbagai konsentrasi untuk menentukan dosis efektifnya. Biasanya, beberapa konsentrasi uji digunakan untuk mengukur bagaimana obat mempengaruhi parasit. Setelah penambahan obat, dilakukan pengamatan untuk mengetahui efek obat dalam menghambat perkembangan parasit dari satu tahap siklus hidup ke tahap berikutnya, misalnya dari larva menjadi dewasa. Selain itu, dilakukan juga pengamatan terhadap mobilitas parasit untuk mengetahui apakah obat menyebabkan paralisis atau kelumpuhan pada parasit. Jumlah parasit yang mati juga dihitung sehingga dapat dijadikan indikator efektivitas obat dalam membunuh parasit. Hasil pengujian dianalisis lebih lanjut untuk menentukan konsentrasi efektif obat (EC50), yaitu dosis minimum yang diperlukan untuk menghambat perkembangan atau membunuh 50% parasit dalam kultur.
Penggunaan kultur parasit dalam uji obat cacing memiliki sejumlah keuntungan diantaranya:
Efisiensi Waktu dan Biaya
Metode in vitro lebih cepat dan murah dibandingkan dengan uji in vivo. Peneliti dapat menguji banyak senyawa dalam waktu singkat.
Kontrol Lingkungan yang Lebih Baik
Kultur parasit memungkinkan kontrol penuh terhadap kondisi lingkungan seperti pH, suhu, dan nutrisi, yang pada gilirannya memungkinkan hasil uji yang lebih konsisten.
Tidak Menggunakan Hewan Uji
Dari sisi etika penelitian, kultur parasit mengurangi atau bahkan menghilangkan penggunaan hewan uji, sehingga lebih sesuai dengan standar etika dalam penelitian biomedis.
Fleksibilitas
Kultur parasit juga memberikan fleksibilitas siklus hidup, memungkinkan pengujian pada berbagai tahapan siklus hidup parasit, yang memberikan gambaran komprehensif tentang efektivitas obat.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, maka pengujian dapat dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang parasitologi dan farmakologi. Peneliti yang terlatih akan mampu merancang eksperimen yang tepat, mengontrol variabel dengan baik, serta menganalisis data dengan metode statistik yang sesuai. Dengan demikian, hasil penelitian dapat diandalkan dan memberikan informasi yang valid mengenai efektivitas obat cacing yang diuji.
Ingin produk Anda lolos uji BPOM dengan cepat dan tanpa hambatan? Percayakan uji produk obat Anda pada IML Testing and Research. Tim ahli kami yang berpengalaman di bidang parasitologi dan farmakologi siap membantu Anda mendapatkan hasil uji yang lengkap, akurat dan terpercaya. Dapatkan konsultasi gratis dengan tim ahli kami sekarang juga!
REFERENSI
Frahm, S., Anisuzzaman, A., Prodjinotho, U. F., Vejzagić, N., Verschoor, A., & Prazeres da Costa, C. (2019). A novel cell-free method to culture Schistosoma mansoni from cercariae to juvenile worm stages for in vitro drug testing. PLOS Neglected Tropical Diseases, 13(1), e0006590.
Jackson, G. J. (1962). The parasitic nematode, Neoaplectana glaseri, in axenic culture. II. Initial results with defined media. Experimental Parasitology, 12(1), 25-32.
Voronin, D., Tricoche, N., Jawahar, S., Shlossman, M., Bulman, C. A., Fischer, C., … & Lustigman, S. (2019). Development of a preliminary in vitro drug screening assay based on a newly established culturing system for pre-adult fifth-stage Onchocerca volvulus worms. PLoS neglected tropical diseases, 13(1), e0007108.