Helicoverpa assulta: Ulat Pupus Ancaman Tanaman Tembakau
Oriental tobacco budworm atau Helicoverpa assulta merupakan salah satu jenis ngengat yang berada di dalam keluarga Noctuidae. Di Indonesia, Helicoverpa assulta lebih dikenal dengan nama Ulat pupus. Ngengat dewasa dari spesies ini melakukan migrasi atau perpindahan secara luas sehingga saat ini keberadaan mereka tersebar di beberapa wilayah, terutama di berbagai wilayah tropis Asia, Afrika, dan Australia. Ngengat ini sering diklasifikasikan sebagai hama karena aktivitas makan dari fase larvanya dapat merusak sejumlah tanaman penting dan memiliki nilai komersil, terutama kelompok tanaman dari keluarga Solanaceae seperti tomat, tembakau (Nicotiana tabacum), dan cabai (EPPO, 2015). Permasalahan ini juga muncul di Indonesia karena serangan larva spesies ini menyebabkan penurunan kualitas dan produksi tanaman tembakau.
Menariknya, Helicoverpa assulta merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki kemampuan untuk memakan buah cabai. Hal ini merupakan hal yang tidak umum pada sebagian besar serangga. Senyawa kimia Capsicain di dalam buah cabai dilaporkan berfungsi sebagai salah satu bentuk perlindungan bagi tanaman dari serangan serangga. Beberapa efek buruk yang disebabkan capsicain pada beberapa jenis serangga diantaranya adalah, penghambatan proses oviposisi dan reproduksi pada lalat bawang atau Delia antiqua, mengurangi nafsu makan pada kumbang berbintik atau Henosepilachna vigintioctomaculata dan ulat Earias insulana, memperlambat pertumbuhan larva serangga, dan bersifat larvasidal. Keberhasilan Helcoverpa assulta menyerang tanaman cabai dihipotesiskan sebagai hasil dari adaptasi serangga tersebut terhadap senyawa capsaicin yang memungkinkan mereka untuk tetap memakan tanaman yang seharusnya dilindungi oleh senyawa tersebut. Namun, mekanisme yang jelas dan hubungan keduanya masih belum diketahui dengan jelas sehingga masih diperlukan studi lebih lanjut untuk mengungkap hal tersebut (Seung Joon, 2011).
Gambar 1 Helicoverpa assulta larva dan dewasa (Miao et al, 2013 ; Yoshino, 2016)
Helicoverpa assulta memiliki beberapa ciri morfologi yang khas. Pada dewasanya Helicoverpa assulta memiliki corak cokelat pada sayap depan dan warna kuning dengan tepian cokelat terng pada bagian sayap belakangnya. Ketika sayapnya dihamparkan, Helicoverpa assulta memiliki lebar sayap sekitar 25 milimeter atau sekitar 0.98 inci (Gambar 1). Helicoverpa assulta memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan dua spesies lainnya, yaitu Helicoverpa armigera dan Helicoverpa zea. Ketiga spesies ini memiliki ciri-ciri morfologi, perilaku, dan preferensi makan yang serupa. Meskipun mereka memiliki pola makan dan perilaku yang serupa, ada perbedaan dalam preferensi makanan atau tanaman inang yang menjadi pilihan makanannya. Helicoverpa armigera, misalnya, lebih dikenal sebagai hama penting pada berbagai tanaman budidaya, sedangkan Helicoverpa assulta cenderung lebih spesifik dalam pilihan makanannya.
Gambar 2 Siklus hidup Helicoverpa sp (DPI&F, 2005)
Siklus hidup Helicoverpa assulta, seperti kebanyakan ngengat lainnya, melibatkan beberapa tahap perkembangan dari telur hingga dewasa (Gambar 2). Diantaranya adalah :
- Telur: Siklus dimulai dengan telur yang diletakkan oleh ngengat betina pada bagian daun, kuncup bunga, buah, dan batang tanaman inangnya. Biasanya betina dapat menghasilkan kurang lebih 1000 telur. Telur ini akan menetas menjadi larva setelah kurang lebih 3 hari, namun hal tersebut sangat bergantung pada kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban. Telur yang baru diletakan berwarna putih dan akan berubah menjadi cokelat kehitaman.
- Larva: Setelah menetas, telur berubah menjadi larva yang aktif mencari makan. Larva Helicoverpa assulta biasanya memiliki 6 tahap instar (tahap perkembangan), di mana mereka tumbuh dan mengalami pergantian kulit beberapa kali. Pada tahap ini mereka biasanya menyerang dan memakan tanaman inangnya sehingga dikategorikan sebagai hama. Tahap perkembangan larva dari instar 1 hingga 6 biasanya berlansung selma 4-6 minggu. Setelah larva Helicoverpa assulta tumbuh sepenuhnya, mereka memiliki kecenderungan untuk turun ke dasar tanaman inangnya atau bahkan masuk ke dalam tanah, sering kali hingga kedalaman sekitar 10 cm. Di dalam dalam tanah mereka akan membentuk sebuah ruang dan berubah menjadi pupa.
- Pupa: Pupa merupakan fase di mana larva berubah menjadi ngengat dewasa. Pada fase ini, ngengat tidak aktif dan mengalami transformasi tubuh yang kompleks.
- Dewasa (Imago): Setelah fase pupa, ngengat dewasa keluar dari kepompong atau kokon. Ngengat dewasa ini adalah fase reproduksi yang aktif, dan mereka akan mencari pasangan untuk berkembang biak, meletakkan telur, dan memulai kembali siklus hidup ngengat Helicoverpa assulta.
Siklus hidup ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu, kelembaban, dan ketersediaan sumber makanan. Kondisi lingkungan yang baik dapat mempercepat siklus hidup, sementara kondisi yang tidak menguntungkan seperti kekurangan makanan atau lingkungan yang tidak mendukung dapat memperlambat siklus.
Perilaku makan larva Helicoverpa assulta yang memakan bagian daun, bunga, kuncup, buah, dan batang sangat merugikan bagi sektor agrikultur. Hama ini dilaporkan sebagai hama serius pada Capsicum annuum (kerusakan akibat larva yang memakan buah) dan tembakau dalam CABI CPC (2013). Wang et al. (2009) melaporkan bahwa hal ini telah menjadi masalah yang serius di Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir karena menyebabkan kerugian serius dan hilangnya 5-15% komoditas tembakau dan 20-30% paprika (EPPO, 2015).
Untuk mengatasi hama Helicoverpa sp, bisa dilakukan beberapa metode yang mencakup pengendalian kimia, pengendalian biologi, pengelolaan tanaman, teknologi genetik, pengendalian fisik, dan manajemen hama terpadu.
Pestisida adalah metode pengendalian kimia yang umum digunakan untuk mengendalikan populasi Helicoverpa assulta. Senyawa aktif pestisida yang sering digunakan biasanya golongan dari piretroid. Penelitian telah menunjukkan bahwa respons ngengat terhadap pestisida bergantung pada jenis tanaman tempat mereka hidup. H. assulta yang diberi paprika merah lebih sensitif terhadap insektisida tertentu seperti fenvalerate, namun tampaknya lebih tahan terhadap bahan kimia seperti inoxacarb, foxime dan methomyl. Penggunaan pestisida telah menimbulkan banyak perhatian karena masalah resistensi yang semakin meningkat. Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan menggunakan predator alami atau parasitoid yang memangsa Helicoverpa assulta, seperti beberapa jenis tawon parasitoid atau kumbang pemangsa. Praktik-praktik budidaya yang baik seperti rotasi tanaman, pembersihan sisa tanaman yang terinfestasi, dan pemilihan varietas yang tahan terhadap serangan hama dapat membantu mengurangi kerentanan tanaman terhadap serangan Helicoverpa assulta. Pengembangan varietas tanaman transgenik yang memiliki ketahanan terhadap Helicoverpa assulta juga telah menjadi fokus dalam upaya pengendalian hama secara lebih efektif dan berkelanjutan. Penggunaan jaring atau perangkap serangga, seperti perangkap feromon, dapat membantu dalam mengendalikan populasi Helicoverpa assulta. Pendekatan terpadu yang menggabungkan beberapa metode pengendalian, seperti penggunaan pestisida yang selektif, pengendalian biologi, praktik pengelolaan tanaman, dan teknologi terbaru, dapat menjadi solusi yang lebih berkelanjutan dalam mengendalikan Helicoverpa assulta tanpa bergantung pada satu metode pengendalian saja (DPI&F, 2005 ; Li et al, 2012 ; Queensland Government, 2023).
REFERENSI
DPI&F. (2005). Insects : Understanding Helicoverpa Ecology and Biology in Southern Queensland. https://www.daf.qld.gov.au/__data/assets/pdf_file/0005/72689/Insects-Helicoverpa-ecology-biology.pdf. Diakses pada 5 Januari 2024.
EPPO. (2015). Helicoverpa assulta (Lepidoptera: Noctuidae). https://www.eppo.int/QUARANTINE/DT_1068_Tomato_study_MAIN_TEXT_and_ANNEXES_2015-01-26.pdf. Diakses 05 Januari 2024.
Li, Xuefeng, et al. (2012). Resistance Selection and Mechanism of Oriental Tobacco Budworm (Helicoverpa assulta Guenee) to Indoxacarb. Pesticide Biochemisry and Physiology. 3 : 219-223.
Mio, Xuefia, et al. (2013). Identification of Differential Expression Genes Associated with Host Selection and Adaptation Between Two Sibling Insect Species by Transcriptional Profile Analysis. BMC Genomics. 14 : 582.
Seung Joon, Ahn et al. (2011).A Host Plant Specialist, Helicoverpa assulta, is More Tolerant to Capsicain from Capsicum annuum than Other Noctuid Species. Journal of Insects Physiology. 57 : 1212-1219.
Queensland Govermen. (2023). Helicoverpa Management. https://thebeatsheet.com.au/key-pests/helicoverpa-management/. Diakses pada 5 Januari 2024.
Yoshino, T (2016). Helicoverpa assulta. http://www.jpmoth.org/~dmoth/80_Noctuidae/32_Heliothinae/3475Helicoverpa_assulta/Helicoverpa_assulta.html. Diakses 05 Januari 2024.