Anda Perlu Tahu Ini Sebelum Memproduksi Produk Kosmetik Berbahan Hidrokuinon!
Hidrokuinon adalah senyawa organik aromatik yang merupakan jenis fenol turunan dari benzena, memiliki rumus kimia C6H4(OH)2.
Senyawa ini memiliki dua gugus hidroksil yang terikat pada cincin benzena dalam posisi para. Hidrokuinon adalah padatan granular putih yang bekerja dengan mengurangi melanosit, yakni sel pada lapisan kulit terluar yang mengandung melanin.
Melanin merupakan pigmen yang memberi warna pada kulit. Semakin banyak jumlah melanin, semakin gelap kulit Anda. Jika produksi melanosit meningkat, jumlah melanin pun semakin meningkat. Produksi melanosit yang tidak merata bisa menyebabkan hiperpigmentasi pada beberapa area kulit. Dengan mengontrol produksi melanosit, kulit akan terlihat menjadi lebih cerah. Melanin juga melindungi kulit dari dampak sinar ultraviolet. Inilah mengapa kulit menjadi lebih gelap setelah terpapar sinar matahari.
Namun, orang berkulit putih cenderung tidak menghasilkan lebih sedikit melanin. Jika Anda terpapar sinar matahari dalam waktu lama, Anda akan menjadi rentan terhadap kanker kulit. Melanin hanya terbentuk jika terdapat enzim yang disebut tirosinase. Hidrokuinon bekerja dengan menghambat enzim ini. Tanpa tirosinase, tidak akan ada melanin sehingga kulit pun menjadi lebih terang.
Peraturan kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 18 tahun 2015 tentang persyaratan teknis bahan kosmetika, penggunaan hidrokuinon sebagai pemutih dilarang dan hanya boleh digunakan untuk pewarnaan kuku dengan kadar 0,02% sedangkan hidrokuinon dalam krim pemutih wajah sudah dilarang sejak tahun 2008. Hidrokuinon diatas 2% termasuk golongan obat keras biasanya digunakan untuk penyakit hiperpigmentasi, melasma chloasma, bintik-bintik dan hanya diberikan dengan resep dokter (Diantama, 2021). Efek yang ditimbulkan penggunaan hidrokuinon ditandai dengan iritasi pada kulit, vitiligo bahkan okrosis eksogen (hiperpigmentasi kulit). Penggunaan hidroquinon yang berlebihan dapat menyebabkan ookronosis, yaitu kulit berbintil seperti pasir dan berwarna coklat kebiruan, penderita ookronosis akan merasa kulit seperti terbakar dan gatal (Astuti, 2016).
Data menunjukkan bahwa selama 2014 sampai 2019 terdapat 88 pasien mengalami exogenous ochronosis akibat hidrokuinon yang terkandung dalam krim pemutih, 92,04% pasiennya adalah wanita. Okronosis adalah adalah kulit tampak biru kehitaman yang disebabkan terjadinya penumpukan asam homogentisik (Kawarnidi et al., 2022). Pemakaian krim pemutih yang mengandung bahan berbahaya menjadikan kulit putih mulus kemudian akan mengendap di bawah kulit dan setelah bertahun- tahun akan berubah menjadi biru kehitaman dan akan memicu timbulnya kanker.
Metode Pengujian Hidrokuinon
Mekanisme aksi hidrokuinon yaitu pengikatan pada tirosinase, hidrokuinon berikatan dengan tirosinase dan mengubah struktur aktif enzim tersebut. Hidrokuinon bisa berikatan dengan kelompok sisi dari tirosinase yang penting untuk aktivitas katalitiknya. Selain itu hidrokuinon dapat mengurangi atau menghilangkan ketersediaan tembaga yang diperlukan untuk fungsi tirosinase, sehingga menurunkan aktivitas enzim. Mekanisme enzimatik yang terjadi hidrokuinon dapat bertindak sebagai penghambat kompetitif dengan bersaing dengan substrat tirosin untuk tempat aktif pada enzim serta dapat bertindak sebagai penghambat non-kompetitif dengan mengikat enzim di luar tempat aktif, yang mempengaruhi aktivitas enzim tanpa bersaing langsung dengan substrat.
Terdapat beberapa metode yang umum digunakan untuk mendeteksi keberadaan hidrokuinon. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan penambahan Besi(III) klorida (FeCl3). Hidrokuinon akan bereaksi dengan FeCl3 dengan persamaan sebagai berikut :
3C6H4(OH)2(aq) + FeCl3(aq) → Fe(O2C6H5)3(aq) + 3HCl(aq)
Hidrokuinon sebagai ligan membentuk kompleks dengan ion besi(III) yang dapat menghasilkan warna khas hijau atau hitam bergantung pada konsentrasi hidrokuinon dalam sampel. Selain itu hidrokuinon dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fasa diam merupakan silika yang bersifat polar dan fasa gerak campuran antara n-heksana dan aseton. Setelah sampel terelusi maka akan muncul noda yang nampak di bawah sinar UV. Hal tersebut terjadi karena struktur hidrokuinon memiliki cincin benzena yang dapat berpendar dibawah sinar UV sehingga noda yang muncul dapat diidentifikasi dengan membandingkan Rf antara standar dan sampel.
Analisis kuantitatif yang umum digunakan untuk menentukan kadar hidrokuinon dalam suatu sampel dengan spektrofotometri UV-Vis dan HPLC. Metode spektrofotometri UV-Vis umum digunakan karena prosesnya yang mudah, cepat, dan akurat. Pengukuran absorbansi larutan sampel diukur pada panjang gelombang maksimum yang ditentukan dengan standar hidrokuinon. Persamaan regresi yang diperoleh (y = mx+c) dengan y merupakan absorbansi sampel dan x menyatakan konsentrasi sampel.
Laboratorium Uji Kosmetik Terbaik di Indonesia
IML Testing and Research adalah laboratorium atau lembaga uji independen terbaik dalam pengujian produk kosmetik. Dengan menerapkan standar mutu ISO 9001 dan ISO/IEC 17025, maka pengujian produk kosmetik pasti terjamin kualitasnya. Dengan melakukan pengujian produk kosmetik Anda di IML Testing and Research Anda akan mendapatkan laporan hasil uji laboratorium yang sesuai dengan standar atau regulasi disyaratkan oleh BPOM.
REFERENSI:
Efprio Nensa Kurniawan, dkk. 2022. Analysis of Hydroquinone Content in Whitening Cream by Spectrophotometry UV-Vis Method. Journal Syifa Sciences and Clinical Research (JSSCR). Vol. 3 (3).
Ikafatimah Sophieyati, dkk. 2024. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Herbal yang Dijual Secara Online. Borobudur Pharmacy Review. Vol. 4 (1) pp.12-19.
Kawarnidi, T., Septiarini, A. D., & Wardani, T. S. 2022. Formulasi dan evaluasi salep ekstrak daun ketepeng cina (cassia alata L.) dengan basis vaselin album dan cera alba terhadap jamur candida albicans. Jurnal Farmasi Dan Kesehatan Indonesia, 2(1).
Syarah Megianti Fahira, dkk. 2021. Analisis Kandungan Hidrokuinon dalam Krim Pemutih yang Beredar di Beberapa Pasar Kota Mataram dengan Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel. SPIN Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia. Vol. 3 (1).