
Inovasi dan Teknologi Cangkang Keras dan Lunak dalam Industri Farmasi
Pengertian Kapsul Menurut Farmakope Indonesia Edisi VI
Kapsul adalah salah satu bentuk sediaan obat yang sangat umum digunakan dalam dunia farmasi. Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi VI (FI Edisi VI, 2020), kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari bahan aktif obat yang dikemas dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam air. Secara umum, kapsul dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu kapsul cangkang keras dan kapsul cangkang lunak, yang masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi spesifik.
Pada kapsul cangkang keras, bahan obat yang terkandung di dalamnya umumnya dalam bentuk kering, seperti serbuk atau granul. Sementara itu, kapsul cangkang lunak biasanya mengandung bahan obat dalam bentuk cair, seperti minyak atau larutan obat dalam minyak.
Cangkang Kapsul: Bahan dan Fungsinya
Cangkang kapsul, baik yang keras maupun lunak, umumnya terbuat dari gelatin, bahan alami yang diambil dari kolagen hewan. Gelatin memiliki sifat yang membuatnya ideal untuk penggunaan farmasi karena kemampuannya larut dalam tubuh dan tidak bereaksi dengan bahan aktif yang dikandungnya. Pada kapsul cangkang lunak, elastisitas dari cangkang dapat ditingkatkan dengan penambahan plasticizer seperti gliserin atau sorbitol, yang membuat kapsul ini lebih fleksibel dan cocok untuk menyimpan obat yang rentan terhadap penguapan atau ketidakstabilan ketika terkena udara.
Untuk kapsul cangkang lunak, bahan aktif yang umumnya berupa cairan akan disuspensikan atau dilarutkan dalam pembawa cair, yang pada masa lalu biasanya berupa minyak seperti minyak nabati. Namun, saat ini, lebih umum digunakan pembawa cair yang bukan air dan yang memiliki kompatibilitas yang lebih baik dengan air, seperti polietilen glikol dengan berat molekul lebih rendah. Pembawa cair jenis ini memiliki keunggulan karena mengurangi masalah terkait dengan ketersediaan hayati.

Proses Pembuatan Kapsul
Terdapat perbedaan penting antara proses pembuatan kapsul cangkang keras dan kapsul cangkang lunak. Pada kapsul cangkang keras, cangkang dan bahan aktif dibuat secara terpisah. Proses dimulai dengan pembentukan cangkang, lalu cangkang tersebut diisi dengan bahan obat kering, seperti serbuk, butiran, atau granul. Hal ini memungkinkan fleksibilitas dalam proses pengisian, sehingga kapsul cangkang keras lebih sering digunakan dalam industri farmasi untuk berbagai jenis obat.
Berbeda dengan kapsul cangkang keras, pada kapsul cangkang lunak, proses pembuatan cangkang dan pengisian bahan aktif dilakukan secara bersamaan. Bahan obat yang diisikan ke dalam kapsul ini biasanya berupa cairan, baik larutan maupun suspensi zat aktif dalam pembawa cair.
Komposisi Tambahan dalam Kapsul
Selain bahan dasar, baik pada kapsul cangkang keras maupun lunak, sering kali ditambahkan pigmen atau pewarna yang diizinkan oleh regulasi, seperti titanium oksida, untuk memberikan warna yang menarik dan membedakan produk di pasaran. Tidak hanya itu, zat pengawet juga bisa ditambahkan guna memperpanjang umur simpan dan menjaga stabilitas bahan aktif dalam kapsul tersebut.
Untuk Anda, para pelaku bisnis yang bergerak di bidang farmasi atau industri kesehatan, penting untuk terus memahami perkembangan terbaru dalam teknologi sediaan obat, termasuk kapsul. Artikel ini hanyalah sebagian kecil dari informasi yang lebih mendalam mengenai topik-topik farmasi yang akan kami bagikan di IML Research.
Pastikan Anda terus mengikuti artikel-artikel terbaru dari IML Research yang akan memberikan wawasan mendalam terkait inovasi dan regulasi dalam dunia farmasi. Kami siap membantu Anda dengan informasi dan layanan penelitian yang dapat mendukung kesuksesan bisnis Anda
Author: Devira
Referensi :
Ansel, H.C., Popovich, N.G., Allen, L.V., 2011, Pharmaceutical Dosage Form and Drug delivery System Ninth Edition, London, New York, 225-235.
Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia edisi VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
Rabadiya, B. and Rabadiya, P. (2013) ‘Review : Capsule Shell Material From Gelatin To Non Animal Origin Material’, Pharmaceutical Research and BioScience, 2(3), pp. 42–71.