Probiotik dan Fermentasi untuk Perawatan Kulit yang Lebih Canggih

Industri Kosmetik dan Peran Bioteknologi dalam Pengembangan Produk Inovatif
Industri kosmetik terus berkembang dengan memanfaatkan biologi dan mikrobiologi untuk menciptakan produk inovatif. Bidang multidisiplin ini memungkinkan pengembangan bahan yang bermanfaat bagi kesehatan dan perawatan kulit, seperti antioksidan, senyawa bioaktif, wewangian alami, dan pewarna alami. Mikroorganisme memainkan peran penting dalam proses ini, terutama dalam menghasilkan pigmen dan wewangian alami yang digunakan pada berbagai produk kecantikan.
Sebagai contoh, bakteri Serratia marcescens dapat menghasilkan pigmen merah bernama prodigiosin yang digunakan pada lipstik dan blush on. Sementara itu, Delftia acidovorans dan Pseudomonas putida menghasilkan pigmen biru bernama indigoidine, yang cocok untuk eyeshadow dan maskara. Pigmen merah, merah muda, dan oranye juga dapat diperoleh dari ragi seperti Rhodotorula dan Monascus. Selain itu, bakteri dan ragi menghasilkan senyawa aromatik seperti ester, aldehida, dan alkohol melalui proses fermentasi, yang digunakan dalam sabun, minyak, krim, losion, dan parfum.
Probiotik dalam Kosmetik
Mikroorganisme juga dimanfaatkan dalam kosmetik sebagai probiotik, yaitu bakteri hidup yang memberikan manfaat kesehatan saat diaplikasikan pada kulit. Probiotik sering ditemukan dalam produk seperti krim, losion, serum, masker, dan pembersih. Manfaatnya meliputi menyeimbangkan mikrobioma kulit, memperkuat lapisan pelindung kulit, mengurangi peradangan, serta membantu mencegah masalah seperti jerawat, eksim, penuaan dini, dan kerutan.
Fermentasi dalam Perawatan Kulit

Fermentasi adalah proses biokimia di mana mikroorganisme mengubah senyawa organik menjadi produk yang lebih bermanfaat. Dalam kosmetik, fermentasi meningkatkan kandungan nutrisi dan mikrobiota kulit, mirip dengan cara probiotik mendukung bakteri usus. Fermentasi memecah bahan alami seperti tumbuhan dan buah menjadi senyawa bioaktif yang lebih mudah diserap oleh kulit. Proses ini menghasilkan berbagai senyawa bermanfaat seperti asam lemak, enzim, peptida, vitamin, lipopolisakarida, dan pigmen yang dapat dimasukkan ke dalam formulasi kosmetik. Contohnya termasuk:
- Asam Hialuronat: Agen pelembap yang dihasilkan melalui fermentasi oleh Streptococcus zooepidemicus dan Bacillus subtilis.
- Peptida: Asam amino yang meningkatkan produksi kolagen atau mengurangi peradangan dan kerutan.
- Ceramide: Diproduksi dalam jumlah lebih tinggi oleh Saccharomyces cerevisiae dibandingkan ceramide berbasis tumbuhan untuk memperkuat lapisan pelindung kulit.
- Emolien: Membentuk lapisan pelindung pada kulit dan melembutkan area yang kasar, kering, atau bersisik.
- Surfaktan: Detergen amfifilik yang mendukung efek emulsifikasi, pelarutan, dan pembusaan dalam kosmetik.
Tantangan dalam Pengembangan Kosmetik Probiotik
Salah satu tantangan utama dalam industri kosmetik adalah menjaga stabilitas probiotik dari produksi hingga digunakan oleh konsumen. Kadar kelembapan yang tidak tepat dapat menyebabkan mikroorganisme kering terhidrasi, tumbuh, atau mati. Oleh karena itu, formulasi berbasis minyak seringkali diperlukan. Tantangan lainnya adalah memastikan mikroorganisme terpisah dari minyak, diserap oleh kulit, dan menjadi aktif secara metabolik untuk memberikan manfaat yang diharapkan. Karena sebagian besar formulasi kosmetik tidak steril, stabilisator dengan sifat bakterisida atau bakteriostatik digunakan untuk menghambat bakteri patogen.
Produk Skincare Fermentasi
Produk perawatan kulit probiotik dan fermentasi dapat mengatasi berbagai masalah kulit seperti jerawat. Namun, efektivitasnya dapat bervariasi karena mikrobiota kulit setiap individu berbeda. Sebagai rekomendasi umum, carilah formulasi kosmetik yang mengandung campuran biotik (pre-, pro-, dan post-biotics) untuk menstabilkan dan menjaga mikrobioma kulit yang sehat.
Perlu dicatat bahwa hanya sedikit produk perawatan kulit fermentasi yang mengandung bakteri hidup. Menambahkan bakteri hidup sering kali tidak efektif karena pengawet yang digunakan untuk melindungi formulasi dan kulit dapat menonaktifkannya. Solusi yang lebih aman adalah menggunakan lisat probiotik atau hasil fermentasi, yaitu komponen probiotik non-hidup yang menawarkan manfaat serupa dengan probiotik hidup. Contoh bahan fermentasi yang efektif diantaranya adalah Lactobacillus ferment yang bertindak sebagai antimikroba dan kondisioner kulit, Saccharomyces ferment filtrate yang bertindak sebagai antioksidan dan pelembap yang direkomendasikan pada konsentrasi 0,1%-5% untuk produk yang tidak dibilas dan hingga 10% untuk produk yang dibilas. Bahan ini aman, vegan, larut dalam air, dan memiliki viskositas rendah, sehingga lebih serbaguna dibandingkan Lactobacillus ferment.
Mengoptimalkan Skincare Fermentasi
Untuk memaksimalkan manfaat lisat probiotik dan bahan fermentasi dalam perawatan kulit, diperlukan strategi formulasi yang tepat, yaitu menghindari kemasan jar karena cahaya dan udara dapat mempercepat degradasi, memilih produk dari merek yang memiliki keahlian ilmiah dalam teknologi probiotik dan fermentasi, serta memilih formulasi tanpa pewangi untuk meningkatkan efek menenangkan.
Topik menarik lainnya segera hadir – pastikan Anda tidak melewatkannya!
Author: Safira
Referensi:
Culliney, Kacey. 2024. Live probiotic in cosmetics an “Interesting” concept – but is it worth the effort? Available at: https://www.cosmeticsdesign-europe.com/Article/2020/10/21/Probiotic-cosmetics-for-the-skin-microbiome-face-live-versus-dead-bacteria-choice-experts-say/, accessed on 30th November 2024.
Medium. 2024. Role of microorganisms in the cosmetic industry. Available at: https://medium.com/@microbiologyeasynotes/role-microorganisms-in-the-cosmetic-industry-9a90f05f2285, accessed on 30th November 2024.
Swain, I. 2024. Fermentation in Skincare: Unlocking the Power of Probiotics. Available at: https://learncanyon.com/fermentation-in-skincare/, accessed on 30th November 2024.