Deteksi Dini Senyawa Berbahaya Melalui Pollen Tube Growth Test

The pollen tube growth test (PTGT) adalah metode skrining in vitro untuk menilai potensi sitotoksik suatu senyawa berdasarkan pengaruhnya terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tabung serbuk sari. Karena mekanisme pertumbuhannya menyerupai proses biologis dalam sel mamalia, uji ini dapat memberikan indikasi awal terhadap efek iritasi senyawa bioaktif. Dengan biaya yang lebih rendah serta tanpa pengujian pada mamalia, PTGT menjadi alternatif yang lebih etis dan efisien dalam menilai toksisitas.

Apa itu The Pollen Tube Growth Test (PTGT)?

Pollen Tube Growth Test (PTGT) dilakukan melalui beberapa langkah. Pertama, serbuk sari dikumpulkan saat bunga mekar penuh dan disimpan pada suhu sangat rendah (-10°C hingga -80°C) agar tetap hidup. Serbuk sari ini kemudian dicampur dengan larutan yang mengandung zat yang ingin diuji. 

Setelah itu, campuran ini disimpan pada suhu 25°C selama 18 jam agar serbuk sari bisa tumbuh dan membentuk tabung kecil. Setelah inkubasi, serbuk sari ditambahkan dengan pewarna khusus bernama Alcian blue, yang menempel pada dinding tabung serbuk sari. Larutan kemudian disaring, dan warnanya diukur dengan alat khusus untuk melihat seberapa banyak tabung serbuk sari yang tumbuh. 

Semakin pekat warna larutan, semakin banyak tabung serbuk sari yang tumbuh. Terakhir, dihitung berapa banyak zat uji yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan tabung hingga 50% (IC50) agar bisa diketahui seberapa beracun zat tersebut. PTGT memiliki sensitivitas yang setara dengan uji iritasi mata Draize dan pengujian pada hewan. 

Metode ini dapat mendeteksi zat iritan dalam konsentrasi rendah. Selain itu, PTGT lebih spesifik karena mengukur efek langsung pada tabung serbuk sari tanpa dipengaruhi oleh protein lain. Secara etis, PTGT lebih ramah lingkungan karena tidak melibatkan hewan dalam pengujian. 

Hal ini mendukung upaya pengurangan uji coba pada hewan dalam penelitian toksisitas. Banyak lembaga kini mulai mengadopsi metode non-hewan agar penelitian lebih etis dan sesuai dengan regulasi yang semakin ketat. PTGT cenderung lebih mudah dalam pelaksanaannya karena metode ini tidak memerlukan kondisi khusus seperti kultur sel mamalia. 

Serbuk sari juga dapat disimpan lama tanpa kehilangan kualitasnya, sehingga pengujian lebih fleksibel. Selain itu, metode ini lebih murah karena tidak memerlukan alat dan bahan yang mahal. Namun, PTGT memiliki keterbatasan. Uji ini lebih cocok untuk mendeteksi iritasi tetapi kurang efektif dalam menilai toksisitas jangka panjang pada tubuh. Oleh karena itu, metode lain tetap dibutuhkan untuk hasil yang lebih lengkap. Selain itu, beberapa zat mungkin tidak cocok diuji dengan metode ini.

Aplikasi Metode Pollen Tube Growth Test (PTGT)

Metode Pollen Tube Growth Test (PTGT) sering digunakan untuk menilai potensi iritasi berbagai produk yang bersentuhan langsung dengan selaput lendir manusia. Salah satu contohnya adalah obat kumur, yang mengandung senyawa antibakteri atau alkohol yang dapat berpotensi mengiritasi jaringan mulut. Uji PTGT menilai toksisitas suatu zat dengan mengamati pengaruhnya terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tabung serbuk sari. 

Jika suatu zat bersifat iritan atau toksik, serbuk sari akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan atau bahkan gagal berkecambah. Efek ini dinilai menggunakan beberapa parameter utama, salah satunya adalah tingkat perkecambahan serbuk sari. Jika jumlah serbuk sari yang berkecambah lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol, maka kemungkinan zat tersebut memiliki sifat iritan atau toksik.

Selain itu, panjang tabung serbuk sari juga menjadi indikator penting. Jika pertumbuhan tabung serbuk sari lebih pendek dari normal setelah terpapar zat uji, itu menunjukkan adanya penghambatan yang disebabkan oleh zat tersebut. Untuk mengukur tingkat penghambatan ini secara lebih akurat, digunakan nilai IC50, yaitu konsentrasi zat yang dapat menghambat pertumbuhan tabung serbuk sari hingga 50%. Nilai ini diperoleh melalui analisis fotometri, yang mengukur seberapa besar perubahan yang terjadi pada pertumbuhan serbuk sari setelah diberi perlakuan.

Di dunia pengembangan produk, memastikan keamanan sejak dini adalah kunci. Dengan PTGT, Anda dapat mengidentifikasi potensi iritasi sebelum produk diluncurkan. Segera lakukan uji laboratorium sebagai bagian dari proses validasi Anda.

Author: Dherika
Editor: Sabilla Reza

Referensi:

Barile, F. A., Dierickx, P. J., & Kristen, U. (1994). In vitro cytotoxicity testing for prediction of acute human toxicity. Cell biology and toxicology10(3), 155–162. https://doi.org/10.1007/BF00757558.

Friedrich, R. E., & Kristen, U. (2003). Toxicity assessment of mouthwashes in the pollen tube growth test. Anticancer research23(2A), 941–947.

Kristen, U., & Friedrich, R.E. (2006). Toxicity Screening of Mouthwashes in the Pollen Tube Growth Test: Safety Assessment of Recommended Dilutions. Braz Dent J, 17(1), 58-62.

Share your love

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi kami untuk informasi yang Anda perlukan.

Silakan konsultasikan kebutuhan pengujian produk Anda dengan tim ahli kami secara gratis.

Formulir Kontak