Bagaimana Pengujian Obat yang Presisi Mendukung Penanganan Hipertensi yang Lebih Aman?

Hipertensi dan Batasan Tekanan Darah Normal

Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskular yang ditandai dengan tekanan darah melebihi batas normal. Hipertensi terjadi jika tekanan darah sistolik (tekanan saat jantung berkontraksi)  ≥ 140 mmHg dan diastolik (tekanan saat jantung relaksasi)  ≥ 90 mmHg. Berdasarkan penyebab dan faktor risikonya, hipertensi dibagi menjadi dua jenis, yakni hipertensi primer dan sekunder. 

Hipertensi primer merupakan jenis hipertensi yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya, namun berkaitan dengan usia, genetik, dan gaya hidup, berbeda dengan hipertensi sekunder yang diakibatkan adanya penyakit lain, seperti gangguan ginjal. 

Mekanisme Terbentuknya Hipertensi

Hipertensi juga berkaitan erat dengan adanya peningkatan curah jantung, peningkatan resistensi pembuluh darah, atau kombinasi keduanya. Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh retensi natrium di dalam tubuh, sehingga dapat meningkatkan osmolaritas cairan ke pembuluh darah. Sedangkan resistensi pembuluh darah dapat disebabkan oleh adanya arteriosklerosis, yakni kondisi di mana dinding arteri mengalami penebalan, pengerasan, dan kehilangan elastisitas, sehingga dinding arteri menjadi lebih kaku dan sempit. 

Dokter, pasangan lansia dengan tekanan darah tinggi pada tonometer, orang-orang kecil. Tekanan darah tinggi, penyakit hipertensi, konsep pengendalian tekanan darah.
Sumber: Freepik

Jenis Obat Antihipertensi dan Cara Kerjanya

Untuk mengendalikan tekanan darah tinggi akibat faktor – faktor tersebut, digunakan berbagai jenis obat yang bekerja dengan cara yang berbeda. Jenis – jenis obat tersebut, di antaranya obat diuretik, simpatolitik, penghambat kanal kalsium, penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin II, dan vasodilator. 

1. Golongan Diuretik

Golongan diuretik menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan ekskresi natrium dan air melalui ginjal, sehingga mengurangi volume plasma dan curah jantung. 

2. Obat Simpatolitik

Obat simpatolitik, seperti beta-blocker dan alfa-blocker, menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis yang dapat meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan vasokonstriksi; dengan menghambat respons ini, tekanan darah dapat diturunkan. 

3. Penghambat Kanal Kalsium

Penghambat kanal kalsium bekerja dengan menghambat masuknya ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah dan otot jantung, yang menyebabkan relaksasi otot dan vasodilatasi, serta penurunan kontraktilitas jantung. 

4. ACE Inhibitor

ACE inhibitor menghambat enzim pengubah angiotensin, sehingga mencegah pembentukan angiotensin II yang menyebabkan vasokonstriksi dan retensi cairan. 

5. Antagonis Reseptor

Antagonis reseptor angiotensin II (ARB) bekerja dengan memblok reseptor tempat angiotensin II bekerja, sehingga efek vasokonstriksi dan retensi air tidak terjadi. 

6. Vasodilator

Sementara itu, golongan vasodilator langsung seperti hidralazin menyebabkan relaksasi langsung pada otot polos arteri, menurunkan resistensi perifer, dan menurunkan tekanan darah secara cepat. Kombinasi dari mekanisme – mekanisme ini memungkinkan kontrol tekanan darah yang efektif dan individualisasi terapi sesuai kondisi pasien.

Pentingnya Pengelolaan Hipertensi yang Tepat

Melalui berbagai mekanisme kerja yang telah dijelaskan, masing-masing golongan obat antihipertensi berperan dalam menurunkan tekanan darah sesuai dengan penyebab yang mendasari. Sebagai salah satu penyakit kronis yang paling umum di masyarakat, hipertensi memerlukan perhatian serius karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi kardiovaskular jika tidak ditangani dengan baik. Pemahaman yang menyeluruh mengenai mekanisme terjadinya hipertensi sangat penting untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat. 

Pemilihan jenis obat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien, riwayat penyakit penyerta, serta respons terhadap terapi. Dengan pengelolaan yang tepat, termasuk perubahan gaya hidup dan penggunaan obat sesuai indikasi, hipertensi dapat dikontrol secara efektif untuk mencegah kerusakan organ target dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dengan beragamnya mekanisme kerja antihipertensi, produsen obat memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan setiap produk bekerja sesuai klaim dan aman digunakan masyarakat. Kualitas bahan aktif, akurasi kadar, hingga keamanan formulasi harus dibuktikan melalui pengujian laboratorium yang terstandar. Tanpa kontrol kualitas yang tepat, efektivitas terapi dapat menurun dan risiko efek samping meningkat—sesuatu yang dapat merugikan produsen dan konsumen.

Baca juga:
Perbedaan antara Uji Praklinis dan Uji Klinis Pada Produk Obat

IML Research menyediakan layanan uji laboratorium komprehensif untuk membantu produsen memastikan mutu produk obat sebelum dipasarkan. Mulai dari uji kadar bahan aktif, kemurnian, stabilitas, hingga deteksi kontaminan, seluruh proses dilakukan dengan metode yang akurat dan dapat diandalkan. Pastikan setiap batch produk yang Anda hasilkan memenuhi standar keamanan dan kualitas. Konsultasikan kebutuhan uji produk obat Anda dengan IML Research untuk memastikan produk yang Anda distribusikan benar-benar aman dan bermutu tinggi.

Author: Devira
Editor: Sabilla Reza

Referensi:

Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2008). Goodman & Gilman’s: Manual of Pharmacology and Therapeutics. In Pharmacology & Therapeutics (Vol. 95).

Share your love

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi kami untuk informasi yang Anda perlukan.

Silakan konsultasikan kebutuhan pengujian produk Anda dengan tim ahli kami secara gratis.

Formulir Kontak