Ternyata ini, Perbedaan Uji Toksisitas Akut dan Kronis pada Produk Pestisida : Produsen Pestisida Wajib Tahu
Pestisida berperan penting di bidang usaha agrikultur karena dapat mengurangi hilangnya produk pertanian akibat hama pengganggu sehingga dapat meningkatkan hasil panen dan kualitas produksi.
Namun, penggunaan pestisida dapat mengakibatkan efek toksik akut dan kronis pada manusia.
Akhir-akhir ini, dampak buruk pestisida terhadap lingkungan dan kesehatan manusia masih menjadi masalah. Biasanya, manusia terpapar pestisida secara langsung di tempat kerja dan secara tidak langsung melalui media lingkungan seperti udara, air, tanah, dan rantai makanan yang mungkin saja terkontaminasi pestisida. Jalur kulit, mulut, dan pernapasan adalah jalur utama masuknya pestisida ke dalam tubuh manusia.
Meskipun beberapa upaya telah diusulkan untuk mengurangi dampak buruk pestisida terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, toksisitas akut dan kronis terhadap manusia akibat zat-zat tersebut masih menjadi masalah yang serius. Oleh sebab itu, penting memilih pestisida berdasarkan informasi tingkat toksiknya terhadap manusia sebelum memutuskan untuk digunakan.
Untuk mengetahuinya, pestisida perlu diuji sebelum diedarkan dengan uji toksisitas akut dan kronis pada produknya.
Efek Toksik Akut dan Kronis pada Pestisida terhadap Kesehatan
Efek toksik akut terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah paparan pestisida. Hal ini berdampak pada kerja dari reseptor asetilkolin di otot dan sistem saraf pusat manusia.
Beberapa tanda toksik akut terhadap zat kimia, antara lain mual, muntah, pusing, diare, dan kram perut. Selain itu, efek lainnya adalah pengeluaran air mata berlebih (lakrimasi), kencing tidak terkendali (inkontinensia urin), produksi lendir berlebihan di saluran pernapasan (bronkorea), detak jantung lambat (bradikardia), hipotensi, dan kelumpuhan otot.
Kemungkinan timbulnya efek toksik kronis terkait paparan pestisida didukung oleh hasil penelitian di laboratorium terhadap hewan. Telah didokumentasikan bahwa berbagai penyakit dan kelainan kronis terjadi setelah seseorang terpapar pestisida.
Efek toksik kronis yang dapat terjadi adalah kanker, dampak buruk pada reproduksi, kemandulan pria, gangguan fungsi kekebalan tubuh, dan reaksi sensitisasi alergi (khususnya pada kulit).
Sebagian besar pestisida yang diteliti mempengaruhi sistem reproduksi pria, yakni menyebabkan kerusakan sperma dan morfologi sperma yang tidak normal.
Uji Toksisitas Akut dan Kronis pada Pestisida
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perkembangan yang signifikan dalam bidang pengujian toksisitas. Perbaikan metode konvensional melalui penerapan teknik terkini merupakan isu masa kini.
Dalam penilaian toksisitas bahan kimia, tidak ada keraguan bahwa spesies uji terbaik untuk manusia adalah manusia itu sendiri. Prediksi akurat data hewan secara langsung ke manusia mungkin tidak dijamin karena variasi antarspesies dalam anatomi, fisiologi, dan biokimia. Namun, karena alasan etis, bahan kimia tersebut harus diuji menggunakan model hewan sebelum diuji coba pada manusia.
Uji toksisitas akut dan kronis konvensional yang melibatkan penggunaan hewan dalam jumlah besar kini digantikan dengan metode alternatif. Metode ini memerlukan jumlah hewan yang lebih sedikit atau model lain yang tidak memerlukan penggunaan hewan, seperti pendekatan in silico dan in vitro.
Pemilihan hewan untuk uji toksisitas bergantung pada masa hidup, perilaku, ketersediaan, dan biaya keseluruhan. Tikus direkomendasikan digunakan untuk studi akut oral dan inhalasi. Kelinci direkomendasikan untuk studi iritasi mata dan kulit serta studi kulit akut. Marmot direkomendasikan untuk pengujian sensitisasi kulit.
Studi toksisitas akut memberikan informasi mengenai potensi bahaya kesehatan yang mungkin timbul akibat paparan jangka pendek. Penentuan toksisitas akut melalui oral, kulit, dan inhalasi biasanya merupakan langkah awal dalam mengevaluasi karakteristik racun suatu pestisida.
Dalam setiap pengujian toksisitas akut, hewan dipaparkan dengan bahan uji hanya sekali dalam 1 hari. Data yang didapatkan memberikan dasar untuk pelabelan kehati-hatian dan dapat mempengaruhi klasifikasi pestisida untuk pembatasan penggunaan.
Data toksisitas akut juga memberikan informasi yang digunakan untuk menentukan kebutuhan kemasan tahan anak, persyaratan pakaian pelindung bagi aplikator, dan untuk menghitung interval waktu yang aman bagi pekerja pertanian untuk kembali ke area yang telah diaplikasikan dengan zat kimia.
Beberapa parameter yang diteliti pada uji toksisitas, yaitu kematian, efek pada kulit atau mata yang dapat diamati, sensitisasi kulit, dan perubahan perilaku neurotoksik yang dapat diamati. Selain itu, pemeriksaan mikroskopis jaringan saraf dalam studi neurotoksisitas akut juga diteliti.
Berbeda dengan uji toksisitas akut, informasi yang diperoleh dari uji toksisitas kronis digunakan untuk menilai potensi bahaya akibat paparan pestisida yang berkepanjangan dan berulang-ulang dalam sebagian besar masa hidup manusia. Studi ini biasanya berlangsung 12 hingga 24 bulan.
Disamping itu, terdapat juga studi karsinogenisitas jangka panjang yang perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengamati pertumbuhan atau perubahan jaringan yang tidak normal yang dapat berkembang menjadi kanker pada hewan uji setelah paparan seumur hidup pada tingkat dosis yang ditingkatkan.
IML Research Penyedia Layanan Uji Toksisitas Akut dan Kronis Terpercaya !
IML Research adalah perusahaan yang sudah teregistrasi pada SK Kementrian Pertanian sebagai mitra yang bisa mendampingi uji toksisitas akut dan kronis para produsen pestisida di seluruh Indonesia.
IML Research akan mendampingi para produsen, business owner, Research & Development Staff, Manager, Regulatory Administrator dll pada bidang pestisida untuk mendapatkan sertifikasi hasil pengujian yang tepat dan detail.
Selain pestisida, banyak produk lain yang bisa kami uji yaitu obat - obatan, kosmetik, repelen dan produk lainnya.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan konsultasikan tentang pengujian produk anda dengan kami, TANPA DIPUNGUT BIAYA !
Klik tombol dibawah untuk mengisis formulir, kami akan langsung menghubungi anda!
REFERENSI
Erhirhie, E.O., Ihekwereme, C.P., & Emmanuel, E.I. (2018). Advances in Acute Toxicity Testing: Strengths, Weaknesses and Regulatory Acceptance. Interdiscip Toxicol, 11(1): 5-12. Doi: 10.2478/intox-2018-0001.
National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine. (1993). Pesticides in the Diets of Infants and Children. Washington, DC: The National Academies Press. https://doi.org/10.17226/2126.
Tudi, M., Li, H., Hongying, L., Li, W., Jia, L., Linsheng, Y., Shuangmei, T., Qiming, J.Y., Huada, D.R., Albert, A., Dung, T.P., Ross, S., & Des, C. (2022). Exposure Routes and Health Risks Associated with Pesticide Application. Toxics, 10(335): 1-23. https://doi.org/10.3390/toxics10060335.