Ancaman Hama Kutu Daun terhadap Komoditas Kentang
Kentang adalah suatu komoditas penting di Indonesia yang berpotensi dalam memajukan program diversifikasi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan. Di Indonesia, kentang dipanen dari lahan dataran tinggi seluas 30.000 ha/tahun dengan hasil panen yang masih rendah kurang dari 11,5 ton/ha. Rendahnya hasil ini terjadi dikarenakan penggunaan bibit yang kurang bermutu dan kurang tepatnya cara pengendalian hama dan penyakit. Salah satu hama kentang yang sering ditemui di Indonesia adalah kutu daun (Hartus, 2001).
Kutu daun (Macrosiphum euphorbiae) memiliki siklus hidup yang kompleks, dengan bentuk dewasa bersayap dan tidak bersayap serta variasi warna yang sangat banyak. Ketika reproduksi dilakukan secara aseksual, kutu daun muda dilahirkan sebagai nimfa yang sudah berkembang. Mereka segera memakan getah tanaman dan tumbuh dengan cepat. Ketika reproduksi bersifat seksual, kutu daun bertelur selama musim dingin. Di rumah kaca, reproduksi juga terjadi melalui partenogenesis, dengan betina vivipar yang tidak dibuahi terus menghasilkan generasi betina baru. Kutu daun berganti bulu sebanyak empat kali sebelum mencapai usia dewasa. Setiap kali mereka berganti kulit, mereka melepaskan kulit putihnya, menunjukkan kehadiran mereka di tanaman.
Kutu daun kentang dewasa adalah kutu daun besar dan ramping dengan kornikel hijau panjang, kaki panjang, dan cauda panjang. Orang dewasa biasanya berwarna hijau, tetapi mungkin juga berwarna merah jambu atau merah (terutama pada kentang), tergantung sumber makanannya. Bahkan bentuk bersayapnya pun bisa berwarna merah.
Kutu daun kentang tak bersayap memiliki panjang 1,7 – 3,6 mm, memanjang, dengan garis memanjang gelap di sepanjang permukaan punggung. Pada individu berwarna hijau, garis ini berwarna hijau tua, sedangkan pada spesimen merah muda berwarna merah tua. Garis memanjang ini merupakan ciri khusus kutu daun kentang dan terutama terlihat pada nimfa. Yang belum dewasa memiliki sedikit debu lilin abu-abu keputihan. Kutu daun langsung rontok dari tanaman saat disentuh.
Kerusakan
Nimfa dan serangga dewasa mengambil nutrisi dari tanaman dan mengganggu keseimbangan hormon pertumbuhan. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat sehingga menyebabkan daun berubah bentuk atau, jika serangan terjadi pada awal musim, tanaman muda akan mati. Pertumbuhan yang terhambat dan penggundulan hutan mengurangi hasil.
Getah tumbuhan kaya akan gula, namun memiliki kandungan protein yang rendah. Oleh karena itu kutu daun perlu mengekstraksi getah dalam jumlah besar untuk mendapatkan protein yang cukup. Kelebihan gula dikeluarkan dalam bentuk embun madu, sehingga tanaman dan buahnya lengket. Jamur hitam (Cladosporium spp.) tumbuh pada tanaman melon ini, mencemari buah-buahan dan tanaman hias serta menjadikannya tidak layak untuk dipasarkan. Pada saat yang sama, fotosintesis di daun berkurang sehingga mempengaruhi produksi.
Pengendalian biologis
Untuk pengendalian biologi, beberapa spesies predator yang dapat digunakan adalah kumbang koksi, larva lalat jala hijau, dan larva lalat syrphid/aphid. Apabila populasi predator tampak mendominasi, sedangkan populasi kutu daun belum masuk kedalam kategori merusak, maka penyemprotan yang akan mengganggu musuh alami ini sebaiknya dihindari atau tidak dilakukan sama sekali.
Varietas Toleran
Ada perbedaan yang cukup besar dalam kerentanan varietas kentang terhadap serangan kutu daun. Varietas yang mengandung gen Mi, yang memberikan ketahanan terhadap nematoda, dilaporkan lebih toleran terhadap serangan kutu daun kentang. Namun, resistensi ini tampaknya tidak lagi seefektif sebelumnya, terutama terhadap kutu daun merah muda.
Metode Secara Organik
Penggunaan varietas toleran, pengendalian biologis, dan semprotan minyak herbal, piretrin, atau insektisida sabun dapat diterima untuk digunakan pada tanaman bersertifikat organik. Aplikasi berulang mungkin diperlukan.
REFERENSI
Hartus, T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya. Jakarta. 136 hal.
UC IPM Program. 2021. Potato Aphid. UC IPM Pest Management Guidelines: Tomato. UC ANR Publication 3470. UC Statewide IPM Program, University of California, Davis.
UC IPM Program. 2021. Identifying Natural Enemies of Aphids. Agriculture and Natural Resources, University of California
UC IPM Program. 2021. Monitoring for Potato Aphid and Tomato Fruitworm. UC IPM Pest Management Guidelines: Tomato. UC ANR Publication 3470. UC Statewide IPM Program, University of California, Davis